Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Agustus 2020

Tugas Manusia Sebagai Pengemban Amanat (Khalifah) Allah di Muka Bumi

lingkungan hidup

Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya meliputi daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna dan sebagainya, semua ini adalah untuk kepentingan manusia. Dalam firmanNya disebutkan:


هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  ۖ  لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu". (QS. An-Nahl, 10). 

يُنۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنٰبَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir". (QS. An-Nahl, 11)

وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ  ۖ  وَالنُّجُومُ مُسَخَّرٰتٌۢ بِأَمْرِهِۦٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti". (QS. An-Nahl, 12). 

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِى الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوٰنُهُ ۥ ٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

"dan untukmu di bumi ini dengan berbagai jenis dan macam warnanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran". (QS. An-Nahl, 13). 

وَهُوَ الَّذِى سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur". (QS. An-Nahl, 14). 

وَأَلْقٰى فِى الْأَرْضِ رَوٰسِىَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهٰرًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 15). 

وَعَلٰمٰتٍ  ۚ  وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ

"dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 16). 

Dari gambaran ayat-ayat di atas kita memahami bahwa segala apa yang diciptakan Allah SWT di bumi ini semua diperuntukkan untuk makhluknya, terutama umat manusia. Namun sayangnya karena ketamakan, alam beserta isinya justru menjadi rusak dan terancam kelestariannya. Padahal ketamakan umat manusia terhadap alam tersebut akibat buruknya justru menimpa mereka sendiri. Akibat buruk dimaksud misalnya bencana tanah longsor, banjir, kekeringan, tata alam yang tidak karuan, serta udara dan air yang tercemar. 

Hal ini juga sebagaimana disinggung dalam firmanNya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar-Rum, 41). 

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah sendiri telah mengingatkan sebelumnya kepada umat manusia bahwa terjadinya berbagai kerusakan di daratan dan lautan adalah akibat ulah atau perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari betul-betul oleh manusia dan karenanya segala perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan alam ini harus segara dihentikan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam (lingkungan hidup). 

hutan alam

Manusia sebagai khalifatullah diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali, dan mengolahnya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shalih. 

Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi

وَلَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلٰحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا  ۚ  إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan". (QS. Al-A'raf, 56). 

Ayat di atas adalah larangan Allah kepada manusia untuk berbuat kerusakan (fasad) di muka bumi ini. Kata fasad menurut bahasa berarti rusak, hilangnya bentuk dari sesuatu setelah bentuk itu terwujud. 

Larangan berbuat fasad dalam surah Al-A'raf ayat 56 ini sebetulnya lebih mempertegas firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41-42, yaitu umat manusia dilarang melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki, karena apabila hal itu dilakukan tentu akan mendatangkan bencana bagi semua umat manusia. 

Agar tidak menjadi kaum perusak, ayat di atas juga memerintahkan kita untuk selau berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa menurunkan rahmatNya kepada kita. Rahmat artinya adalah karunia Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Agar doa dikabulkan, kita hendaknya berupaya untuk masuk ke dalam golongan muhsiniin, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya. 

Bukti Kekuasaan Allah

وَهُوَ الَّذِى يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ  ۖ  حَتّٰىٓ إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۚ  كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran". (QS. Al-A'raf, 57). 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ ۥ  بِإِذْنِ رَبِّهِۦ  ۖ  وَالَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا  ۚ  كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْأَايٰتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A'raf, 58). 

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menghembuskan angin, menggiring awan, dan menurunkan hujan di berbagai tempat yang dikehendakiNya seperti di daerah tandus. Air hujan yang diturunkan Allah itu, menyebabkan tanah yang tandus menjadi subur, tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Demikian pula Allah juga berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari Kiamat kelak, sebagaimana Allah berkuasa menghidupkan tanah yang tandus menjadi subur. 

Setiap umat Islam mesti meyakini bahwa segala apa yang terjadi dan terdapat di alam dunia ini, seperti angin, hujan, tanah subur, tanah tandus, tanaman yang hidup subur dan hidup merana itu semua merupakan bukti-bukti kekuasaan Allah yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya yaitu dengan melestarikan dan memanfaatkannya dengan bijaksana dan sebaik mungkin untuk memperoleh ridha Allah dan rahmatNya. 

hutan dan kota

Ada banyak cara untuk menjaga alam agar tetap lestari dan dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Beberapa di antaranya yaitu dengan cara menggalakkan penanaman pohon yang banyak menyerap air, mengolah lahan tandus, penanaman kembali hutan yang gundul (reboisasi), meminimalisir faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, menyaring asap hasil pembakaran proses industri, termasuk juga hal-hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang sampah plastik, dan lain sebagainya. 

Demikianlah, langit, bumi, dan segala isinya sengaja diciptakanNya untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup, khususnya umat manusia. Sebagai orang beriman kita juga meyakini bahwa tidak ada satu pun yang diciptakan Allah tanpa hikmah. Maka diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua, sebagai khalifah Allah SWT, agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Wallahu A'lam. 

Senin, 20 Juli 2020

Cara Agar Kita Terhindar dari Melakukan Dosa Besar

Kerasnya hidup kadang kala membuat sebagian orang kehilangan kewarasannya sehingga apa pun dilakukannya demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak jarang orang-orang tersebut kemudian berani menerobos norma-norma agama dan terjerumus dalam perbuatan dosa besar yang sangat dilarang oleh agama.

berdoa agar dihindarkan dari dosa
via shutterstock

Secara umum, dosa-dosa besar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, seperti dosa terhadap Allah SWT  (syirik, kufur), dosa kepada orang tua (durhaka), dosa terhadap diri sendiri (bunuh diri), dosa dalam kehidupan bermasyarakat (mencuri, merampok, membunuh, dll), dan dosa-dosa besar lainnya. 

Bagi seorang Muslim, penting bagi kita untuk membentengi diri agar terhindar dari berbuat dosa-dosa besar tersebut. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, beberapa di antaranya yaitu:

1. Senantiasa Ingat Kepada Allah

Dengan banyak mengingat Allah (dzikrullah), maka kita akan senantiasa terjaga dari berbuat dosa-dosa besar yang diharamkan oleh Allah SWT. Jika kita terhindar dari melakukan dosa besar, tentu kita akan memperoleh ampunan Allah SWT, dan kelak di alam akhirat akan dimasukkan ke dalam surgaNya. Allah SWT berfirman:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيمًا

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (QS. An-Nisa', 31)

2. Pahami Dampak dari Melakukan Dosa Besar

Setiap umat manusia, khususnya umat Islam hendaknya mesti menyadari bahwa ketika melakukan dosa besar, akibat buruknya terutama akan menimpa pelakunya sendiri. Akibat buruk (kemudharatan) dari perbuatan dosa besar akan menimpa pelakunya sendiri baik saat masih di dunia maupun ketika di akhirat kelak. Sebagai gambarannya anda bisa pahami firman Allah berikut ini:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَئًا  ۚ  وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَئًا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦٓ إِلَّآ أَنْ يَصَّدَّقُوا  ۚ  فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثٰقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللَّهِ  ۗ  وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ ۥ  جَهَنَّمُ خٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ ۥ  وَأَعَدَّ لَهُ ۥ  عَذَابًا عَظِيمًا

"Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barang siapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah, (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan (hamba sahaya) maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa', Ayat 92 - 93)

3. Berusaha Menjadi Mukmin Seutuhnya

Orang-orang beriman, di mana pun dan kapan pun dia berada tentu tidak akan melakukan dosa besar. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari bahwa jika melakukannya tentu akan mengalami kegelisahan batin dan ketidaktentraman jiwa. Mereka akan dikejar-kejar rasa bersalah, takut kalau perbuatan dosanya diketahui orang lain. 

Orang-orang beriman akan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah SWT, yang mana salah satu hikmahnya dapat memberikan kedamaian, ketentraman, dan ketenangan jiwa. Rasulullah SAW bersabda:

"Perbuatan baik adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa dan tidak menentramkan hati, meskipun engkau mendapat fatwa dari orang-orang". (HR. Imam Ahmad) 

Juga sabda Rasulullah yang lain:

"Dosa adalah sesuatu yang berbekas di hatimu dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya". (HR. Imam Ahmad) 

4. Disiplin Mengerjakan Sholat Fardhu

Muslim/Muslimah yang disiplin dalam mengerjakan shalat fardhu, apalagi kalau ditambahkan dengan melaksanakan shalat sunnah, tentu akan mampu mengendalikan dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. 

Perbuatan keji adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan seperti menipu, mencuri, merampok, dan membunuh. Sedangkan perbuatan mungkar adalah perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah SWT dan RasulNya seperti kufur, syirik, dan nifak. Terkait fungsi shalat dalam menangkal perbuatan-perbuatan dosa tersebut, Allah SWT berfirman:

اتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ ۖ إِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-'Ankabut, 45)

5. Senantiasa Beramal Shaleh

Orang-orang beriman akan berusaha agar senantiasa beramal shaleh dan mengendalikan diri untuk tidak berbuat dosa besar, baik itu lewat perkataan maupun perbuatannya. Selain itu, ia juga mesti meyakini bahwa setiap amal baik dan perbuatan jahat akan dicatat oleh dua malaikat yaitu Raqib dan 'Atid. Allah SWT berfirman:

مَّا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)". (QS. Qaf, 18)

Minggu, 05 Juli 2020

Pengertian Taubat dan Syarat-Syarat Diterimanya

Setiap orang pasti pernah berbuat dosa sehingga untuk menghapusnya ia wajib segera bertaubat dengan sebenar-benarnya. Dengan bertaubat, maka dosa-dosa itu dapat dihapus sehingga ia akan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Bahkan dengan bertaubat sungguh-sungguh (taubat nasuha), ia akan kembali menjadi seperti orang yang tidak berdosa. Rasulullah SAW bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

"Orang yang bertaubat dari dosanya, maka ia seperti orang yang tidak berdosa" (HR. Ibnu Majah). 

ilustrasi taubat
ilustrasi

Bertaubat artinya adalah memohon ampunan Allah dengan benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan serupa. Kata taubat berasal dari bahasa Arab at-taubah (التوبة), dari kata kerja taaba-yatuubu (تاب - يتوب) yang berarti ruju' atau kembali. 

Menurut istilah yang dikemukakan Ulama, kata taubat mencakup 3 pengertian, yaitu:
  • Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah.
  • Membersihkan hati dari segala dosa.
  • Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan seperti yang pernah dilakukan, karena untuk mengagungkan nama Allah SWT dan menjauhkan diri dari kemurkaanNya.

Hukum bertaubat adalah wajib bagi setiap Muslim atau Muslimat yang sudah mukallaf (baligh dan berakal). Allah SWT berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسٰى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰت

"Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga...". (QS. At-Tahrim, 8).

Taubat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat taubat ada empat macam, yaitu:
  1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam). 
  2. Meninggalkan perbuatan maksiat tersebut. 
  3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat tersebut. 
  4. Mengikutinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus kejahatan. Allah SWT berfirman:

...إِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَات...

"...Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan..."

Namun apabila dosanya juga terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya selain yang empat macam tersebut ditambah dengan dua syarat, yaitu:
  1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan. 
  2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaannya. 

Perlu pula diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa seseorang yang membaca istighfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-olok Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda:

المستغفر من الذنب وهو مقيم عليه كالمستهزئ بربه 

"Orang yang memohon ampunan kepada Allah (membaca istighfar), tetapi ia terus menerus berbuat dosa, maka ia dianggap memperolok-olok Tuhannya". (HR. Baihaqi). 

Demikian juga seseorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika sakaratul maut (nyawanya sudah berada di tenggorokan) maka taubatnya tidak akan diterima oleh Allah. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الله عزَّ وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَالَم يُغرْغرِ

"Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung akan menerima taubat seorang hamba selama ia belum mengalami sakratul maut (nyawa sudah di tenggorokan)". (HR. At-Tirmizi).