Tampilkan postingan dengan label Horizon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Horizon. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 September 2020

Pentingnya Menghargai Karya Orang Lain dan Etikanya

Menurut fitrahnya, setiap manusia akan merasa senang ketika hasil haryanya dihargai oleh orang lain. Misalnya, seorang pengrajin akan merasa senang apabila hasil karyanya disukai orang lain, apalagi dapat dijual dengan harga mahal. Atau seorang penulis blog (blogger) juga pastinya akan merasa senang jika tulisannya dapat memberi manfaat bagi orang lain, apalagi jika bisa memperoleh penghasilan dari hasil menulis di blognya.

penghargaan
via istockphoto.com

Menghargai karya orang lain termasuk perilaku terpuji yang mesti dilakukan, sedangkan sebaliknya menghina dan mencela merupakan perilaku buruk yang harus dijauhi. Orang yang hasil karyanya dihina dan dicela biasanya akan merasa sakit hati karena hasil kerja kerasnya tidak dihargai dengan semestinya oleh orang yang menghina atau mencela tersebut.

Sebagai makhluk Tuhan yang dikarunia hati dan perasaan, setiap manusia hendaknya saling pengertian kepada sesamanya untuk dapat saling menghargai setiap karya yang diciptakan oleh saudaranya agar hasil karya tersebut dapat bermanfaat dan meningkat ke arah yang lebih maju. 

Maksud atau tujuan dari menghargai karya orang lain di antaranya yaitu sebagai berikut:

1. Menjalin hubungan tali kasih sayang (silaturahim), terutama bagi orang yang mau menghargai suatu karya dan pencipta hasil karya tersebut. 

2. Membuat senang atau gembira orang yang hasil karyanya dihargai. Misalnya dengan memberikan pujian, penghargaan atau semacamnya. 

3. Mendorong orang yang hasil karyanya dihargai agar dapat mempertahankan prestasi tersebut dan meningkatkan kualitas hasil karyanya ke arah yang lebih baik lagi. 

4. Menjauhkan diri dari suka menghina dan mencela hasil karya orang lain, karena hal itu merupakan perilaku buruk yang akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri. 

5. Meningkatkan taraf hidup orang yang berkarya, misalnya dengan memberikan penghargaan berupa sejumlah uang atau kenaikan pangkat yang lebih tinggi. Meningkatnya taraf hidup merupakan dambaan setiap orang dan juga fitrah bagi setiap umat manusia. 

Selanjutnya, bagaimanakah cara kita dalam menghargai hasil karya orang lain?. 

Menghargai karya orang lain dapat diwujudkan melalui sikap, ucapan lisan atau melalui perbuatan sebagaimana berikut ini:

1. Menghargai karya dengan senyuman, bermanis muka, dan mau bertegur sapa saat berjumpa dengan orang yang berkarya. 

2. Menghargai karya dengan ucapan lisan, misalnya dengan pujian dan pernyataan bahwa hasil karyanya itu bernilai tinggi. 

Namun perlu dicatat bahwa pujian itu hendaknya sewajarnya saja tanpa mengandung unsur dusta atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sebuah hadits Nabi menyebutkan, "Dari Abu Musa RA dia berkata: Nabi SAW mendengar seorang laki-laki memuji orang lain dan melebih-lebihkan dalam memujinya (mengandung unsur dusta), maka Rasulullah kemudian bersabda, 'Telah kamu hancurkan (patahkan) punggung orang laki-laki itu'". (HR. Bukhari & Muslim). 

3. Menghargai hasil karya orang lain dengan perbuatan. Contoh paling kecil misalnya dengan mengucapkan selamat kepada orang yang hasil kerjanya berprestasi disertai dengan saling berjabat tangan.

4. Menghargai hasil karya seseorang melalui pemberian hadiah atau barang berharga sebagai bentuk penghargaan atas prestasi atau hasil kerja kerasnya tersebut. 

5. Tidak boleh bersikap iri hati dan dengki kepada orang yang berprestasi melalui hasil karyanya. 

Persaingan memang diperlukan untuk memacu prestasi, namun jangan sampai hal itu menjadikan rasa iri dan dengki, apalagi dengan cara menjatuhkan atau mencurangi orang lain ketika hasilnya tidak seperti yang diharapkan. 

6. Dilarang mengambil hak atau keuntungan yang mestinya diterima hanya oleh orang yang berkarya, sehingga orang tersebut merasa dirugikan karenanya. Misalnya mencuri hasil karya (artikel) seorang penulis sehingga sang penulis asli mendapat kerugian akibat ulah sang penjiplak konten tersebut. 

Dalam istilah ilmu fiqih, perbuatan semacam ini dapat disamakan dengan ghasab yang haram hukumnya, sama dengan barang ghasab atau hasil curian. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengambil hak seorang Muslim dengan tangan kanannya, maka sungguh Allah mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya". Sahabat pun bertanya, "Sekalipun sesuatu yang sedikit wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Sekalipun sepotong kayu arok". (HR. Muslim). 

Persoalan tentang hak cipta atas suatu karya memang menjadi hal yang penting dan sering dibahas di era modern yang serba kompetitif ini. Oleh karenanya, perilaku yang mesti diterapkan dalam hal ini yaitu dengan meningkatkan rasa kesadaran kita agar dapat lebih menghargai karya orang lain dengan sepantasnya. Perilaku menghargai karya orang lain hendaknya selalu kita terapkan dalam pergaulan sehari-hari sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan yang tentu akan mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Semoga bermanfaat. 

Minggu, 30 Agustus 2020

Cara Menumbuhkan Disiplin Mulai Dari Diri Sendiri

Tidak dipungkiri bahwa perilaku disiplin masyarakat kita memang masih menjadi problem bagi bangsa ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah minimnya rasa kesadaran yang tertanam dalam diri kita masing-masing. Kita semua berharap akan kesuksesan, tetapi tidak banyak dari kita menyukai beraktivitas dengan penuh kedisiplinan. Padahal disiplin merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai impian dalam hidup.

disiplin kerja

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya. Termasuk di dalamnya yaitu melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai atau pun pemaksaan agar seseorang memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Entah itu peraturan dalam suatu organisasi, atau pun peraturan yang dibuat bagi diri sendiri agar selalu ditaati dan dijalankan. Ketika disiplin sudah menjadi peraturan yang wajib ditaati, maka tentunya ada dampak yang dirasakan ketika peraturan itu dilanggar. Entah itu berupa sanksi atau pun penyesalan di kemudian hari. 

Sebenarnya, banyak hal positif yang bisa kita ambil dari sikap disiplin diri. Kehidupan akan lebih teratur, kebersihan terjaga, dan semua kegiatan akan lebih terarah jika dilandasi dengan sikap disiplin. Coba bayangkan jika kita tidak memiliki disiplin diri yang baik, ambil contoh seorang pelajar, maka semua kegiatan akan berantakan, banyak tugas sekolah tidak terselesaikan, dan tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar sehingga nilai akademik juga akan turun. 

Tentukan Target dan Perangi Rasa Malas

Ada berbagai macam cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan disiplin diri kita. Paling utama adalah menentukan target yang ingin dicapai dan memerangi rasa malas. Kita bisa mengambil beberapa langkah kecil secara konsisten sebagai langkah awal kedisiplinan diri. Memang kita tidak bisa melakukannya hanya dalam waktu sekejap saja. Menumbuhkan kedisiplinan diri memerlukan waktu lama dan konsisten. Namun setidaknya, usahakan agar diri kita tidak tergoda lagi untuk bermalas-malasan atau melakukan tindakan yang tidak disiplin. 

Sebagai langkah awal, hal-hal kecil itu bisa kita mulai dari kegiatan sehari-hari di rumah. Sebagai contoh misalnya tentukan target untuk bangun pagi pukul 5, maka sebisa mungkin kita harus selalu berusaha untuk bangun jam 5 setiap hari. Kita bisa meminta tolong orang tua untuk membangunkan atau mengatur alarm untuk membantu kita melaksanakan hal itu. Selain bisa menjalankan shalat shubuh tepat waktu (bagi Muslim), kita juga bisa mengisi waktu yang ada dengan berolahraga sebentar sebelum memulai aktivitas di pagi hari.

Hindari Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan

Kebiasaan menunda pekerjaan juga merupakan salah satu kebiasaan yang tidak disiplin. Terlebih lagi bagi seorang pelajar, kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas sekolah akan merugikan diri sendiri. Begitu juga bagi seorang pegawai kantoran, jika waktu yang diberikan sudah mepet, kita akan kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang harus kita selesaikan. Oleh karenanya, kebiasaan menunda-nunda ini sebaiknya sesegera mungkin kita atasi (akhiri). 

Kita bisa membuat daftar pekerjaan yang akan kita selesaikan menurut skala prioritas. Kita bisa menempatkan tugas yang harus secepatnya kita selesaikan pada daftar paling atas. Kemudian, mengurutkannya dengan prioritas di bawahnya dan seterusnya. Dengan cara seperti ini, kita pun akhirnya dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan efektif dan tepat waktu. 

Meminta Bantuan Orang Disekitar

Untuk membantu kita menumbuhkan rasa disiplin diri, kita juga adakalanya memerlukan seseorang sebagai pembimbing kita, misalnya orang tua atau teman yang bisa kita percayai. Peran orang tua memang cukup besar dalam membantu kita untuk bersikap disiplin. Orang tua yang akan selalu mengingatkan kita untuk bangun tepat waktu, orang tua yang akan mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan, pulang sekolah tepat waktu, dan belajar setiap waktunya. 

Sedangkan bantuan dari teman misalnya di Sekolah atau di tempat kerja, kita bisa memintanya untuk membantu kita membuat daftar tugas yang harus kita selesaikan terlebih dahulu. Atau bisa juga teman kita jadikan sebagai sarana untuk saling mengingkatkan agar kita selalu terpacu untuk dapat saling memotivasi dan berkompetisi dalam menggapai prestasi, agar kesuksesan dapat kita raih baik di Sekolah atau pun di tempat kerja.

Batasi Kegiatan Yang Kurang Bermanfaat

Di zaman serba modern ini, memang sulit untuk menjadi disipin. Apalagi kita telah lama dimanjakan dengan banyak hal yang melenakan kita dan membuat kita nyaman dengan kebiasaan bermalas-malasan. Contoh nyata misalnya kebiasaan menonton televisi dalam waktu lama atau bermain smartphone (hp) yang kini semakin canggih dan serba multi fungsi. Entah itu untuk bermain game, membuka sosial media, atau pun menonton video youtube sampai sering lupa waktu.

Untuk menumbuhkan disiplin diri, kita bisa menghindari hal-hal tersebut dengan cara membatasinya. Bukan berarti tidak boleh, namun kita batasi waktu untuk menonton tv, bermain hape, atau kegiatan lain yang sekiranya tidak begitu penting. Usahakan menonton televisi atau menggunakan hape hanya untuk hal-hal yang penting atau untuk mendapatkan info-info yang bermanfaat. Untuk lebih melatih kedisiplinan diri, kita juga bisa membuat jadwal kita sehari-hari sehingga kita akan punya jadwal pasti kapan waktunya mengerjakan tugas, menonton tv, bermain hape, dan lain sebagainya.

Kedisiplinan merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat menggapai impian dalam hidup kita. Oleh karenanya, kita harus senantiasa disiplin dalam mengembangkan diri (lifetime improvements) dalam segala aspek, baik itu dalam mengelola waktu, uang, dan kemudian sampai pada melatih ketrampilan kita dalam setiap bidang yang kita pilih. Semoga bermanfaat.

Selasa, 11 Agustus 2020

Tugas Manusia Sebagai Pengemban Amanat (Khalifah) Allah di Muka Bumi

lingkungan hidup

Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya meliputi daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna dan sebagainya, semua ini adalah untuk kepentingan manusia. Dalam firmanNya disebutkan:


هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  ۖ  لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu". (QS. An-Nahl, 10). 

يُنۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنٰبَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir". (QS. An-Nahl, 11)

وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ  ۖ  وَالنُّجُومُ مُسَخَّرٰتٌۢ بِأَمْرِهِۦٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti". (QS. An-Nahl, 12). 

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِى الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوٰنُهُ ۥ ٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

"dan untukmu di bumi ini dengan berbagai jenis dan macam warnanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran". (QS. An-Nahl, 13). 

وَهُوَ الَّذِى سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur". (QS. An-Nahl, 14). 

وَأَلْقٰى فِى الْأَرْضِ رَوٰسِىَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهٰرًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 15). 

وَعَلٰمٰتٍ  ۚ  وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ

"dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 16). 

Dari gambaran ayat-ayat di atas kita memahami bahwa segala apa yang diciptakan Allah SWT di bumi ini semua diperuntukkan untuk makhluknya, terutama umat manusia. Namun sayangnya karena ketamakan, alam beserta isinya justru menjadi rusak dan terancam kelestariannya. Padahal ketamakan umat manusia terhadap alam tersebut akibat buruknya justru menimpa mereka sendiri. Akibat buruk dimaksud misalnya bencana tanah longsor, banjir, kekeringan, tata alam yang tidak karuan, serta udara dan air yang tercemar. 

Hal ini juga sebagaimana disinggung dalam firmanNya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar-Rum, 41). 

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah sendiri telah mengingatkan sebelumnya kepada umat manusia bahwa terjadinya berbagai kerusakan di daratan dan lautan adalah akibat ulah atau perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari betul-betul oleh manusia dan karenanya segala perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan alam ini harus segara dihentikan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam (lingkungan hidup). 

hutan alam

Manusia sebagai khalifatullah diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali, dan mengolahnya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shalih. 

Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi

وَلَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلٰحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا  ۚ  إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan". (QS. Al-A'raf, 56). 

Ayat di atas adalah larangan Allah kepada manusia untuk berbuat kerusakan (fasad) di muka bumi ini. Kata fasad menurut bahasa berarti rusak, hilangnya bentuk dari sesuatu setelah bentuk itu terwujud. 

Larangan berbuat fasad dalam surah Al-A'raf ayat 56 ini sebetulnya lebih mempertegas firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41-42, yaitu umat manusia dilarang melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki, karena apabila hal itu dilakukan tentu akan mendatangkan bencana bagi semua umat manusia. 

Agar tidak menjadi kaum perusak, ayat di atas juga memerintahkan kita untuk selau berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa menurunkan rahmatNya kepada kita. Rahmat artinya adalah karunia Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Agar doa dikabulkan, kita hendaknya berupaya untuk masuk ke dalam golongan muhsiniin, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya. 

Bukti Kekuasaan Allah

وَهُوَ الَّذِى يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ  ۖ  حَتّٰىٓ إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۚ  كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran". (QS. Al-A'raf, 57). 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ ۥ  بِإِذْنِ رَبِّهِۦ  ۖ  وَالَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا  ۚ  كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْأَايٰتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A'raf, 58). 

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menghembuskan angin, menggiring awan, dan menurunkan hujan di berbagai tempat yang dikehendakiNya seperti di daerah tandus. Air hujan yang diturunkan Allah itu, menyebabkan tanah yang tandus menjadi subur, tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Demikian pula Allah juga berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari Kiamat kelak, sebagaimana Allah berkuasa menghidupkan tanah yang tandus menjadi subur. 

Setiap umat Islam mesti meyakini bahwa segala apa yang terjadi dan terdapat di alam dunia ini, seperti angin, hujan, tanah subur, tanah tandus, tanaman yang hidup subur dan hidup merana itu semua merupakan bukti-bukti kekuasaan Allah yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya yaitu dengan melestarikan dan memanfaatkannya dengan bijaksana dan sebaik mungkin untuk memperoleh ridha Allah dan rahmatNya. 

hutan dan kota

Ada banyak cara untuk menjaga alam agar tetap lestari dan dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Beberapa di antaranya yaitu dengan cara menggalakkan penanaman pohon yang banyak menyerap air, mengolah lahan tandus, penanaman kembali hutan yang gundul (reboisasi), meminimalisir faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, menyaring asap hasil pembakaran proses industri, termasuk juga hal-hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang sampah plastik, dan lain sebagainya. 

Demikianlah, langit, bumi, dan segala isinya sengaja diciptakanNya untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup, khususnya umat manusia. Sebagai orang beriman kita juga meyakini bahwa tidak ada satu pun yang diciptakan Allah tanpa hikmah. Maka diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua, sebagai khalifah Allah SWT, agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Wallahu A'lam. 

Jumat, 07 Agustus 2020

Dosa-Dosa Besar Yang Wajib Dihindari Setiap Muslim

Para Ulama bersepakat bahwa perbuatan-perbuatan yang termasuk dosa besar itu ada banyak macamnya. Bagi yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, pelakunya diancam dengan hukuman dunia, azab di akhirat, serta dilaknat oleh Allah SWT dan RasulNya. 

orang berbuat dosa jahat
ilustrasi

Secara garis besar, dosa-dosa besar tersebut dapat dikelompokkan menurut dampaknya, misalnya dosa-dosa besar terhadap Allah SWT, dosa besar terhadap diri sendiri, dosa besar dalam keluarga, dosa besar yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan seksual, dosa besar dalam makanan dan minuman, serta dosa besar dalam kehidupan bermasyarakat.

1. Dosa Besar terhadap Allah SWT

Perbuatan-perbuatan yang termasuk dosa besar terhadap Allah mencakup beberapa hal seperti syirik, kufur, nifak, dan fasik.

Syirik

Dalam ilmu tauhid, syirik adalah menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu selainNya, baik dalam DzatNya, Af'alNya (perbuatanNya), maupun dalam hal ketaatan yang seharusnya ditujukan hanya kepadaNya. Orang yang berbuat syirik disebut musyrik

Syirik merupakan dosa besar yang paling berat, sehingga pelakunya tidak akan memperoleh ampunan Allah apabila sebelum meninggal dunia, dia tidak bertobat yang sesungguh-sungguhnya. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ  ۚ  وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرٰىٓ إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar". (QS. An-Nisa', 48)

Kufur

Yaitu mengingkari adanya Allah SWT dan segala ajaran-Nya yang disampaikan oleh Nabi/RasulNya. Orang yang berlaku ingkar disebut kafir. Termasuk kufur adalah mengingkari atau tidak mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Dalam firmanNya disebutkan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  ۖ  وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". (QS. Ibrahim, 7)

Nifaq

Yaitu menampakkan sikap, ucapan, dan perbuatan yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam hatinya, seperti berpura-pura memeluk agama Islam padahal dalam hatinya kufur (mengingkari). Orang yang berperilaku nifaq disebut munafiq

Fasiq

Yaitu melupakan Allah SWT. Orang yang fasiq akan meninggalkan kewajiban agamanya, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak berzakat, bahkan bisa sampai berbuat riddah, yaitu keluar dari agama Islam yang ditunjukkan dengan sikap mental, ucapan, dan perbuatan. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسٰىهُمْ أَنْفُسَهُمْ  ۚ  أُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُونَ

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik". (QS. Al-Hasyr, 19)

2. Dosa Besar Terhadap Diri Sendiri

Dosa besar terhadap diri sendiri adalah perbuatan dosa besar yang objek atau sasarannya adalah diri sendiri, seperti membunuh diri sendiri. 

Membunuh diri sendiri (bunuh diri), dengan cara apa pun merupakan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Haram hukumnya dan termasuk dosa besar. Yang berhak menghidupkan dan mematikan seseorang hanyalah Allah SWT (lihat QS. Al-Hajj, 66). Menurut ilmu psikologi, penyebab seseorang melakukan bunuh diri itu antara lain, karena keputusasaan akibat penyakit yang diderita atau kesulitan hidup yang menghimpit tidak teratasi, karena faktor psikologis atau kegelisahan yang tidak terkendalikan akibat faktor luar, dan karena gagal atau hilangnya suatu harapan. 

Bagaimanapun juga, Allah tetap melarang bunuh diri apa pun alasannya. Hal ini sesuai dengan firmanNya:

وَلَا تَقْتُلُوٓا أَنْفُسَكُمْ  ۚ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu". (QS. An-Nisa', 29)

Dari Jundab bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Dahulu kala dari orang-orang sebelum kalian ada seorang laki-laki yang terluka, ia tidak bersabar, lalu ia mengambil sebilah pisau dan menyayat tangannya sehingga darah terus mengalir sampai ia meninggal. Kemudian Allah berfirman: "HambaKu telah mendahului-Ku terhadap jiwanya, maka Aku haramkan surga baginya". (HR. Bukhari dan Muslim). 

3. Dosa Besar dalam Keluarga

Salah satu dosa besar dalam keluarga adalah durhaka kepada kedua orang tua. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang bersumber dari Abu Bakar RA. Rasulullah SAW bersabda:

"Maukah Aku kabarkan kepada kalian dosa yang paling besar?". Kami para sahabat menjawab, "Baiklah ya Rasulullah. Rasulullah SAW melanjutkan, "Menyekutukan Allah (syirik) dan mendurhakai kedua orang tua". (HR. Bukhari dan Muslim). 

Contoh-contoh perbuatan yang termasuk durhaka pada kedua orang tua seperti:
  • Melakukan penganiayaan terhadap fisik kedua orang tua. 
  • Melontarkan caci-maki atau kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang tua. 
  • Mengancam kedua orang tua agar memberikan sejumlah uang atau sesuatu yang lain, padahal kedua orang tuanya tidak mampu.
  • Menelantarkan kedua orang tua yang berada dalam kemiskinan, padahal sang anak hidup berkecukupan dan mampu memberikan pertolongan kepada kedua orang tuanya.
  • Anak menjauhi kedua orang tuanya dan tidak mau menjenguk mereka. Salah satu penyebabnya mungkin karena status sosial anak lebih tinggi dari status sosial kedua orang tuanya sehingga anak merendahkan kedua orang tuanya. 

Akibat buruk dari durhaka kepada kedua orang tua itu akan menimpa kedua orang tua dan anaknya yang durhaka. Kedua orang tua akan mengalami berbagai penderitaan, sedangkan anak yang durhaka akan mendapat murka Allah, siksa di dunia dan azab di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: "Rida Tuhan berada di dalam rida kedua orang tua, dan kemurkaanNya berada pada kemurkaan kedua orang tua". (HR. Tabrani dan Ibnu Umar). 


4. Dosa Besar dalam Pemenuhan Seksual

Zina

Adalah hubungan kelamin (persetubuhan) antara laki-laki dan wanita di luar pernikahan yang sah, yakni pernikahan yang sesuai dengan ketentuan syara'. Zina adalah perbuatan tidak beradab dan perbuatan keji yang diharamkan Allah. Dalam firmanNya disebutkan:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ  ۖ  إِنَّهُ ۥ  كَانَ فٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra', 32)

Allah mengharamkan zina dan memasukkannya ke dalam dosa besar karena akibat buruknya atau bahaya yang ditimbulkan zina sungguh besar. Menurut hukum Islam, para pelaku zina yang termasuk ghairu muhsan (belum menikah) hukumnya didera (dicambuk) sebanyak 100 kali dan diasingkan selama setahun. Sedangkan pezina muhsan (sudah menikah) maka hukumannya adalah dirajam sampai mati. 

Homoseksual (gay dan lesbian) 

Homoseks adalah pemuasan atau penyaluran nafsu seks antara sesama jenis, sesama pria (gay) dan sesama wanita (lesbian). Homoseksual yang dalam ilmu fiqih disebut al-liwath merupakan perbuatan haram dan dosa besar, karena perbuatan tersebut bertentangan dengan fitrah manusia serta bertentangan pula dengan norma susila dan agama. Rasulullah SAW bersabda:

"Allah mengutuk orang yang melakukan perbuatan kaum Lut (diulang sampai tiga kali)". (HR. Ahmad). 

Menuduh Zina (qadzaf) 

Menurut istilah fiqih, qadzaf adalah menuduh orang lain melakukan zina tanpa adanya saksi-saksi yang dibenarkan oleh syara'.

Qadzaf termasuk ke dalam perbuatan keji yang hukumnya haram dan merupakan dosa besar. Hal ini disebabkan karena menuduh zina akan mendatangkan kerugian dan bencana, baik bagi yang dituduh beserta keluarganya maupun bagi yang menuduh. Adapun dalil naqli tentang qadzaf ini adalah QS. An Nur ayat 4 - 5 dan 19.

Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah tujuh perbuatan yang membinasakan". "Apakah tujuh perbuatan tersebut wahai Rasulullah?". Jawab Nabi SAW, "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan Allah, memakan hasil riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran, dan menuduh zina kepada para wanita muhsan yang beriman, kendati pelupa". (HR. Bukhari dan Muslim). 

5. Dosa Besar dalam Makanan dan Minuman

Memakan Makanan Haram

Makanan-makanan yang dengan tegas diharamkan syara' (Al Qur'an dan Hadits), maka bagi para pemakannya dianggap melakukan dosa besar sehingga mereka akan diancam dengan siksa. Makanan-makanan yang diharamkan karena zatnya tersebut telah dijelaskan secara rinci dalam Al Qur'an. Allah SWT berfirman yang artinya:

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang". (QS. Al-Ma'idah, 3).

Meminum khamr

Kata khamr berasal dari kata "khamran" yang artinya tertutup, terhalang, atau tersembunyi. Selanjutnya, istilah khamr digunakan sebagai sebutan bagi setiap yang memabukkan dan menutup atau menghalangi akal sehat peminum (pemakai) nya dari mengerjakan perintah-perintah Allah dan RasulNya. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan adalah haram". (HR. Abu Daud).

Mengacu kepada pengertian khamr di atas, maka jelaslah bahwa khamr mencakup segala sesuatu yang memabukkan, baik berupa cairan, maupun zat padat, baik dengan cara diminum, dimakan, dihisap, atau diinjeksikan ke dalam tubuh. Termasuk ke dalam khamr yaitu berbagai jenis minuman beralkohol, ganja, narkotika, morfin, heroin dan lain sebagainya. 

6. Dosa Besar dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dosa besar yang mungkin terjadi di masyarakat cukup banyak, antara lain seperti pembunuhan, menganiaya orang, mencuri, merampok, dan lain sebagainya. 

Pembunuhan

Pembunuhan adalah perbuatan yang menyebabkan lenyapnya nyawa seseorang. Membunuh orang dengan sengaja merupakan perbuatan biadab yang hukumnya haram dan termasuk dosa besar, yang perilakunya akan dimurkai dan dikutuk Allah, serta dicampakkan ke dalam neraka jahannam. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ ۥ  جَهَنَّمُ خٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ ۥ  وَأَعَدَّ لَهُ ۥ  عَذَابًا عَظِيمًا

"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa', 93). 

Menganiaya Orang

Tindak pidana terhadap anggota tubuh manusia (menganiaya) ada yang dilakukan dengan sengaja dan adapula yang dilakukan tidak dengan sengaja (tersalah semata). Tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja misalnya seseorang sengaja meninju mata si A sehingga buta, atau sengaja membabat tangan si B dangan pedang sehingga sebagian tangannya terlepas. Sedangkan tindak pidana yang dilakukan karena tersalah semata misalnya seseorang yang sedang berlatih silat dengan menggunakan sebelah pedang, tiba-tiba pedangnya melesat dan melukai si C salah seorang penonton.

Mencuri

Menurut istilah ilmu fiqih, mencuri adalah mengambil harta milik orang lain dari tempat penyimpanannya secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Mengacu kepada pengertian tersebut, maka perbuatan seperti merampas, merampok, korupsi, mengurangi timbangan (takaran) dan memperoleh harta dengan cara menipu tidak termasuk ke dalam definisi mencuri, meskipun hukumnya sama dengan mencuri, yaitu haram.

Islam mengakui adanya hak milik perseorangan dan memberikan perlindungan terhadap hak milik tersebut. Menurut hukum Islam, pelaku pencurian akan dijatuhi hukuman berat yaitu hukum potong tangan apabila pencurian yang dilakukannya telah memenuhi persyaratan tertentu. Allah SWT berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوٓا أَيْدِيَهُمَا جَزَآءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكٰلًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana". (QS. Al-Ma'idah, 38)

Merampok

Merampok, merampas atau menggarong ialah mengambil harta orang lain dengan kekerasan atau ancaman senjata tajam, bahkan kadang-kadang disertai dengan penganiayaan dan pembunuhan. Merampok termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar yang wajib dijauhi oleh setiap individu. 

Jika dalam suatu masyarakat banyak terjadi perampokan, maka warga masyarakat akan mengalami keresahan, tidak akan memperoleh kedamaian ketentraman. Bahkan kemakmuran serta kesejahteraan bersama yang mereka dambakan tidak akan terwujud. Oleh karena itu, tepat sekali penegasan Allah SWT dalam Al Qur'an bahwa para perampok merupakan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, dan tergolong kelompok hirabah, yaitu kelompok yang menyatakan perang terhadap Allah SWT dan RasulNya, karena perampokan yang mereka lakukan merupakan perbuatan melawan hukum Allah SWT dan melawan masyarakat yang dilindungi hukum. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَيَسْعَوْنَ فِى الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوٓا أَوْ يُصَلَّبُوٓا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِّنْ خِلٰفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذٰلِكَ لَهُمْ خِزْىٌ فِى الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِى الْأَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

"Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar". (QS. Al-Ma'idah, 33). 

*sumber: Pendidikan Agama Islam, Drs. H. Syamsuri, Penerbit Erlangga, 2007. 

Senin, 20 Juli 2020

Cara Agar Kita Terhindar dari Melakukan Dosa Besar

Kerasnya hidup kadang kala membuat sebagian orang kehilangan kewarasannya sehingga apa pun dilakukannya demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak jarang orang-orang tersebut kemudian berani menerobos norma-norma agama dan terjerumus dalam perbuatan dosa besar yang sangat dilarang oleh agama.

berdoa agar dihindarkan dari dosa
via shutterstock

Secara umum, dosa-dosa besar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, seperti dosa terhadap Allah SWT  (syirik, kufur), dosa kepada orang tua (durhaka), dosa terhadap diri sendiri (bunuh diri), dosa dalam kehidupan bermasyarakat (mencuri, merampok, membunuh, dll), dan dosa-dosa besar lainnya. 

Bagi seorang Muslim, penting bagi kita untuk membentengi diri agar terhindar dari berbuat dosa-dosa besar tersebut. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, beberapa di antaranya yaitu:

1. Senantiasa Ingat Kepada Allah

Dengan banyak mengingat Allah (dzikrullah), maka kita akan senantiasa terjaga dari berbuat dosa-dosa besar yang diharamkan oleh Allah SWT. Jika kita terhindar dari melakukan dosa besar, tentu kita akan memperoleh ampunan Allah SWT, dan kelak di alam akhirat akan dimasukkan ke dalam surgaNya. Allah SWT berfirman:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيمًا

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (QS. An-Nisa', 31)

2. Pahami Dampak dari Melakukan Dosa Besar

Setiap umat manusia, khususnya umat Islam hendaknya mesti menyadari bahwa ketika melakukan dosa besar, akibat buruknya terutama akan menimpa pelakunya sendiri. Akibat buruk (kemudharatan) dari perbuatan dosa besar akan menimpa pelakunya sendiri baik saat masih di dunia maupun ketika di akhirat kelak. Sebagai gambarannya anda bisa pahami firman Allah berikut ini:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَئًا  ۚ  وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَئًا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦٓ إِلَّآ أَنْ يَصَّدَّقُوا  ۚ  فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثٰقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللَّهِ  ۗ  وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ ۥ  جَهَنَّمُ خٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ ۥ  وَأَعَدَّ لَهُ ۥ  عَذَابًا عَظِيمًا

"Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barang siapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah, (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan (hamba sahaya) maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa', Ayat 92 - 93)

3. Berusaha Menjadi Mukmin Seutuhnya

Orang-orang beriman, di mana pun dan kapan pun dia berada tentu tidak akan melakukan dosa besar. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari bahwa jika melakukannya tentu akan mengalami kegelisahan batin dan ketidaktentraman jiwa. Mereka akan dikejar-kejar rasa bersalah, takut kalau perbuatan dosanya diketahui orang lain. 

Orang-orang beriman akan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah SWT, yang mana salah satu hikmahnya dapat memberikan kedamaian, ketentraman, dan ketenangan jiwa. Rasulullah SAW bersabda:

"Perbuatan baik adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa dan tidak menentramkan hati, meskipun engkau mendapat fatwa dari orang-orang". (HR. Imam Ahmad) 

Juga sabda Rasulullah yang lain:

"Dosa adalah sesuatu yang berbekas di hatimu dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya". (HR. Imam Ahmad) 

4. Disiplin Mengerjakan Sholat Fardhu

Muslim/Muslimah yang disiplin dalam mengerjakan shalat fardhu, apalagi kalau ditambahkan dengan melaksanakan shalat sunnah, tentu akan mampu mengendalikan dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. 

Perbuatan keji adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan seperti menipu, mencuri, merampok, dan membunuh. Sedangkan perbuatan mungkar adalah perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah SWT dan RasulNya seperti kufur, syirik, dan nifak. Terkait fungsi shalat dalam menangkal perbuatan-perbuatan dosa tersebut, Allah SWT berfirman:

اتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ ۖ إِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-'Ankabut, 45)

5. Senantiasa Beramal Shaleh

Orang-orang beriman akan berusaha agar senantiasa beramal shaleh dan mengendalikan diri untuk tidak berbuat dosa besar, baik itu lewat perkataan maupun perbuatannya. Selain itu, ia juga mesti meyakini bahwa setiap amal baik dan perbuatan jahat akan dicatat oleh dua malaikat yaitu Raqib dan 'Atid. Allah SWT berfirman:

مَّا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)". (QS. Qaf, 18)