Tampilkan postingan dengan label Horizon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Horizon. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 September 2020

Pentingnya Menghargai Karya Orang Lain dan Etikanya

Menurut fitrahnya, setiap manusia akan merasa senang ketika hasil haryanya dihargai oleh orang lain. Misalnya, seorang pengrajin akan merasa senang apabila hasil karyanya disukai orang lain, apalagi dapat dijual dengan harga mahal. Atau seorang penulis blog (blogger) juga pastinya akan merasa senang jika tulisannya dapat memberi manfaat bagi orang lain, apalagi jika bisa memperoleh penghasilan dari hasil menulis di blognya.

penghargaan
via istockphoto.com

Menghargai karya orang lain termasuk perilaku terpuji yang mesti dilakukan, sedangkan sebaliknya menghina dan mencela merupakan perilaku buruk yang harus dijauhi. Orang yang hasil karyanya dihina dan dicela biasanya akan merasa sakit hati karena hasil kerja kerasnya tidak dihargai dengan semestinya oleh orang yang menghina atau mencela tersebut.

Sebagai makhluk Tuhan yang dikarunia hati dan perasaan, setiap manusia hendaknya saling pengertian kepada sesamanya untuk dapat saling menghargai setiap karya yang diciptakan oleh saudaranya agar hasil karya tersebut dapat bermanfaat dan meningkat ke arah yang lebih maju. 

Maksud atau tujuan dari menghargai karya orang lain di antaranya yaitu sebagai berikut:

1. Menjalin hubungan tali kasih sayang (silaturahim), terutama bagi orang yang mau menghargai suatu karya dan pencipta hasil karya tersebut. 

2. Membuat senang atau gembira orang yang hasil karyanya dihargai. Misalnya dengan memberikan pujian, penghargaan atau semacamnya. 

3. Mendorong orang yang hasil karyanya dihargai agar dapat mempertahankan prestasi tersebut dan meningkatkan kualitas hasil karyanya ke arah yang lebih baik lagi. 

4. Menjauhkan diri dari suka menghina dan mencela hasil karya orang lain, karena hal itu merupakan perilaku buruk yang akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri. 

5. Meningkatkan taraf hidup orang yang berkarya, misalnya dengan memberikan penghargaan berupa sejumlah uang atau kenaikan pangkat yang lebih tinggi. Meningkatnya taraf hidup merupakan dambaan setiap orang dan juga fitrah bagi setiap umat manusia. 

Selanjutnya, bagaimanakah cara kita dalam menghargai hasil karya orang lain?. 

Menghargai karya orang lain dapat diwujudkan melalui sikap, ucapan lisan atau melalui perbuatan sebagaimana berikut ini:

1. Menghargai karya dengan senyuman, bermanis muka, dan mau bertegur sapa saat berjumpa dengan orang yang berkarya. 

2. Menghargai karya dengan ucapan lisan, misalnya dengan pujian dan pernyataan bahwa hasil karyanya itu bernilai tinggi. 

Namun perlu dicatat bahwa pujian itu hendaknya sewajarnya saja tanpa mengandung unsur dusta atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Sebuah hadits Nabi menyebutkan, "Dari Abu Musa RA dia berkata: Nabi SAW mendengar seorang laki-laki memuji orang lain dan melebih-lebihkan dalam memujinya (mengandung unsur dusta), maka Rasulullah kemudian bersabda, 'Telah kamu hancurkan (patahkan) punggung orang laki-laki itu'". (HR. Bukhari & Muslim). 

3. Menghargai hasil karya orang lain dengan perbuatan. Contoh paling kecil misalnya dengan mengucapkan selamat kepada orang yang hasil kerjanya berprestasi disertai dengan saling berjabat tangan.

4. Menghargai hasil karya seseorang melalui pemberian hadiah atau barang berharga sebagai bentuk penghargaan atas prestasi atau hasil kerja kerasnya tersebut. 

5. Tidak boleh bersikap iri hati dan dengki kepada orang yang berprestasi melalui hasil karyanya. 

Persaingan memang diperlukan untuk memacu prestasi, namun jangan sampai hal itu menjadikan rasa iri dan dengki, apalagi dengan cara menjatuhkan atau mencurangi orang lain ketika hasilnya tidak seperti yang diharapkan. 

6. Dilarang mengambil hak atau keuntungan yang mestinya diterima hanya oleh orang yang berkarya, sehingga orang tersebut merasa dirugikan karenanya. Misalnya mencuri hasil karya (artikel) seorang penulis sehingga sang penulis asli mendapat kerugian akibat ulah sang penjiplak konten tersebut. 

Dalam istilah ilmu fiqih, perbuatan semacam ini dapat disamakan dengan ghasab yang haram hukumnya, sama dengan barang ghasab atau hasil curian. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengambil hak seorang Muslim dengan tangan kanannya, maka sungguh Allah mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya". Sahabat pun bertanya, "Sekalipun sesuatu yang sedikit wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Sekalipun sepotong kayu arok". (HR. Muslim). 

Persoalan tentang hak cipta atas suatu karya memang menjadi hal yang penting dan sering dibahas di era modern yang serba kompetitif ini. Oleh karenanya, perilaku yang mesti diterapkan dalam hal ini yaitu dengan meningkatkan rasa kesadaran kita agar dapat lebih menghargai karya orang lain dengan sepantasnya. Perilaku menghargai karya orang lain hendaknya selalu kita terapkan dalam pergaulan sehari-hari sehingga hal itu menjadi suatu kebiasaan yang tentu akan mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Semoga bermanfaat. 

Minggu, 30 Agustus 2020

Cara Menumbuhkan Disiplin Mulai Dari Diri Sendiri

Tidak dipungkiri bahwa perilaku disiplin masyarakat kita memang masih menjadi problem bagi bangsa ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah minimnya rasa kesadaran yang tertanam dalam diri kita masing-masing. Kita semua berharap akan kesuksesan, tetapi tidak banyak dari kita menyukai beraktivitas dengan penuh kedisiplinan. Padahal disiplin merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai impian dalam hidup.

disiplin kerja

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya. Termasuk di dalamnya yaitu melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai atau pun pemaksaan agar seseorang memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Entah itu peraturan dalam suatu organisasi, atau pun peraturan yang dibuat bagi diri sendiri agar selalu ditaati dan dijalankan. Ketika disiplin sudah menjadi peraturan yang wajib ditaati, maka tentunya ada dampak yang dirasakan ketika peraturan itu dilanggar. Entah itu berupa sanksi atau pun penyesalan di kemudian hari. 

Sebenarnya, banyak hal positif yang bisa kita ambil dari sikap disiplin diri. Kehidupan akan lebih teratur, kebersihan terjaga, dan semua kegiatan akan lebih terarah jika dilandasi dengan sikap disiplin. Coba bayangkan jika kita tidak memiliki disiplin diri yang baik, ambil contoh seorang pelajar, maka semua kegiatan akan berantakan, banyak tugas sekolah tidak terselesaikan, dan tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk belajar sehingga nilai akademik juga akan turun. 

Tentukan Target dan Perangi Rasa Malas

Ada berbagai macam cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan disiplin diri kita. Paling utama adalah menentukan target yang ingin dicapai dan memerangi rasa malas. Kita bisa mengambil beberapa langkah kecil secara konsisten sebagai langkah awal kedisiplinan diri. Memang kita tidak bisa melakukannya hanya dalam waktu sekejap saja. Menumbuhkan kedisiplinan diri memerlukan waktu lama dan konsisten. Namun setidaknya, usahakan agar diri kita tidak tergoda lagi untuk bermalas-malasan atau melakukan tindakan yang tidak disiplin. 

Sebagai langkah awal, hal-hal kecil itu bisa kita mulai dari kegiatan sehari-hari di rumah. Sebagai contoh misalnya tentukan target untuk bangun pagi pukul 5, maka sebisa mungkin kita harus selalu berusaha untuk bangun jam 5 setiap hari. Kita bisa meminta tolong orang tua untuk membangunkan atau mengatur alarm untuk membantu kita melaksanakan hal itu. Selain bisa menjalankan shalat shubuh tepat waktu (bagi Muslim), kita juga bisa mengisi waktu yang ada dengan berolahraga sebentar sebelum memulai aktivitas di pagi hari.

Hindari Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan

Kebiasaan menunda pekerjaan juga merupakan salah satu kebiasaan yang tidak disiplin. Terlebih lagi bagi seorang pelajar, kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas sekolah akan merugikan diri sendiri. Begitu juga bagi seorang pegawai kantoran, jika waktu yang diberikan sudah mepet, kita akan kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang harus kita selesaikan. Oleh karenanya, kebiasaan menunda-nunda ini sebaiknya sesegera mungkin kita atasi (akhiri). 

Kita bisa membuat daftar pekerjaan yang akan kita selesaikan menurut skala prioritas. Kita bisa menempatkan tugas yang harus secepatnya kita selesaikan pada daftar paling atas. Kemudian, mengurutkannya dengan prioritas di bawahnya dan seterusnya. Dengan cara seperti ini, kita pun akhirnya dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan efektif dan tepat waktu. 

Meminta Bantuan Orang Disekitar

Untuk membantu kita menumbuhkan rasa disiplin diri, kita juga adakalanya memerlukan seseorang sebagai pembimbing kita, misalnya orang tua atau teman yang bisa kita percayai. Peran orang tua memang cukup besar dalam membantu kita untuk bersikap disiplin. Orang tua yang akan selalu mengingatkan kita untuk bangun tepat waktu, orang tua yang akan mengingatkan kita untuk selalu menjaga kebersihan, pulang sekolah tepat waktu, dan belajar setiap waktunya. 

Sedangkan bantuan dari teman misalnya di Sekolah atau di tempat kerja, kita bisa memintanya untuk membantu kita membuat daftar tugas yang harus kita selesaikan terlebih dahulu. Atau bisa juga teman kita jadikan sebagai sarana untuk saling mengingkatkan agar kita selalu terpacu untuk dapat saling memotivasi dan berkompetisi dalam menggapai prestasi, agar kesuksesan dapat kita raih baik di Sekolah atau pun di tempat kerja.

Batasi Kegiatan Yang Kurang Bermanfaat

Di zaman serba modern ini, memang sulit untuk menjadi disipin. Apalagi kita telah lama dimanjakan dengan banyak hal yang melenakan kita dan membuat kita nyaman dengan kebiasaan bermalas-malasan. Contoh nyata misalnya kebiasaan menonton televisi dalam waktu lama atau bermain smartphone (hp) yang kini semakin canggih dan serba multi fungsi. Entah itu untuk bermain game, membuka sosial media, atau pun menonton video youtube sampai sering lupa waktu.

Untuk menumbuhkan disiplin diri, kita bisa menghindari hal-hal tersebut dengan cara membatasinya. Bukan berarti tidak boleh, namun kita batasi waktu untuk menonton tv, bermain hape, atau kegiatan lain yang sekiranya tidak begitu penting. Usahakan menonton televisi atau menggunakan hape hanya untuk hal-hal yang penting atau untuk mendapatkan info-info yang bermanfaat. Untuk lebih melatih kedisiplinan diri, kita juga bisa membuat jadwal kita sehari-hari sehingga kita akan punya jadwal pasti kapan waktunya mengerjakan tugas, menonton tv, bermain hape, dan lain sebagainya.

Kedisiplinan merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat menggapai impian dalam hidup kita. Oleh karenanya, kita harus senantiasa disiplin dalam mengembangkan diri (lifetime improvements) dalam segala aspek, baik itu dalam mengelola waktu, uang, dan kemudian sampai pada melatih ketrampilan kita dalam setiap bidang yang kita pilih. Semoga bermanfaat.

Selasa, 11 Agustus 2020

Tugas Manusia Sebagai Pengemban Amanat (Khalifah) Allah di Muka Bumi

lingkungan hidup

Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya meliputi daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna dan sebagainya, semua ini adalah untuk kepentingan manusia. Dalam firmanNya disebutkan:


هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  ۖ  لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ

"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu". (QS. An-Nahl, 10). 

يُنۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنٰبَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir". (QS. An-Nahl, 11)

وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ  ۖ  وَالنُّجُومُ مُسَخَّرٰتٌۢ بِأَمْرِهِۦٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti". (QS. An-Nahl, 12). 

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِى الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوٰنُهُ ۥ ٓ  ۗ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

"dan untukmu di bumi ini dengan berbagai jenis dan macam warnanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran". (QS. An-Nahl, 13). 

وَهُوَ الَّذِى سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur". (QS. An-Nahl, 14). 

وَأَلْقٰى فِى الْأَرْضِ رَوٰسِىَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهٰرًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 15). 

وَعَلٰمٰتٍ  ۚ  وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ

"dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk". (QS. An-Nahl, 16). 

Dari gambaran ayat-ayat di atas kita memahami bahwa segala apa yang diciptakan Allah SWT di bumi ini semua diperuntukkan untuk makhluknya, terutama umat manusia. Namun sayangnya karena ketamakan, alam beserta isinya justru menjadi rusak dan terancam kelestariannya. Padahal ketamakan umat manusia terhadap alam tersebut akibat buruknya justru menimpa mereka sendiri. Akibat buruk dimaksud misalnya bencana tanah longsor, banjir, kekeringan, tata alam yang tidak karuan, serta udara dan air yang tercemar. 

Hal ini juga sebagaimana disinggung dalam firmanNya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar-Rum, 41). 

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah sendiri telah mengingatkan sebelumnya kepada umat manusia bahwa terjadinya berbagai kerusakan di daratan dan lautan adalah akibat ulah atau perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari betul-betul oleh manusia dan karenanya segala perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan alam ini harus segara dihentikan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam (lingkungan hidup). 

hutan alam

Manusia sebagai khalifatullah diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali, dan mengolahnya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shalih. 

Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi

وَلَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلٰحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا  ۚ  إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan". (QS. Al-A'raf, 56). 

Ayat di atas adalah larangan Allah kepada manusia untuk berbuat kerusakan (fasad) di muka bumi ini. Kata fasad menurut bahasa berarti rusak, hilangnya bentuk dari sesuatu setelah bentuk itu terwujud. 

Larangan berbuat fasad dalam surah Al-A'raf ayat 56 ini sebetulnya lebih mempertegas firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 41-42, yaitu umat manusia dilarang melakukan perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki, karena apabila hal itu dilakukan tentu akan mendatangkan bencana bagi semua umat manusia. 

Agar tidak menjadi kaum perusak, ayat di atas juga memerintahkan kita untuk selau berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa menurunkan rahmatNya kepada kita. Rahmat artinya adalah karunia Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat. Agar doa dikabulkan, kita hendaknya berupaya untuk masuk ke dalam golongan muhsiniin, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya. 

Bukti Kekuasaan Allah

وَهُوَ الَّذِى يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ  ۖ  حَتّٰىٓ إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ  ۚ  كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran". (QS. Al-A'raf, 57). 

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ ۥ  بِإِذْنِ رَبِّهِۦ  ۖ  وَالَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا  ۚ  كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْأَايٰتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A'raf, 58). 

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang menghembuskan angin, menggiring awan, dan menurunkan hujan di berbagai tempat yang dikehendakiNya seperti di daerah tandus. Air hujan yang diturunkan Allah itu, menyebabkan tanah yang tandus menjadi subur, tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman yang bermanfaat. Demikian pula Allah juga berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari Kiamat kelak, sebagaimana Allah berkuasa menghidupkan tanah yang tandus menjadi subur. 

Setiap umat Islam mesti meyakini bahwa segala apa yang terjadi dan terdapat di alam dunia ini, seperti angin, hujan, tanah subur, tanah tandus, tanaman yang hidup subur dan hidup merana itu semua merupakan bukti-bukti kekuasaan Allah yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya yaitu dengan melestarikan dan memanfaatkannya dengan bijaksana dan sebaik mungkin untuk memperoleh ridha Allah dan rahmatNya. 

hutan dan kota

Ada banyak cara untuk menjaga alam agar tetap lestari dan dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Beberapa di antaranya yaitu dengan cara menggalakkan penanaman pohon yang banyak menyerap air, mengolah lahan tandus, penanaman kembali hutan yang gundul (reboisasi), meminimalisir faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, menyaring asap hasil pembakaran proses industri, termasuk juga hal-hal sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang sampah plastik, dan lain sebagainya. 

Demikianlah, langit, bumi, dan segala isinya sengaja diciptakanNya untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup, khususnya umat manusia. Sebagai orang beriman kita juga meyakini bahwa tidak ada satu pun yang diciptakan Allah tanpa hikmah. Maka diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua, sebagai khalifah Allah SWT, agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Wallahu A'lam. 

Jumat, 07 Agustus 2020

Dosa-Dosa Besar Yang Wajib Dihindari Setiap Muslim

Para Ulama bersepakat bahwa perbuatan-perbuatan yang termasuk dosa besar itu ada banyak macamnya. Bagi yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, pelakunya diancam dengan hukuman dunia, azab di akhirat, serta dilaknat oleh Allah SWT dan RasulNya. 

orang berbuat dosa jahat
ilustrasi

Secara garis besar, dosa-dosa besar tersebut dapat dikelompokkan menurut dampaknya, misalnya dosa-dosa besar terhadap Allah SWT, dosa besar terhadap diri sendiri, dosa besar dalam keluarga, dosa besar yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan seksual, dosa besar dalam makanan dan minuman, serta dosa besar dalam kehidupan bermasyarakat.

1. Dosa Besar terhadap Allah SWT

Perbuatan-perbuatan yang termasuk dosa besar terhadap Allah mencakup beberapa hal seperti syirik, kufur, nifak, dan fasik.

Syirik

Dalam ilmu tauhid, syirik adalah menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu selainNya, baik dalam DzatNya, Af'alNya (perbuatanNya), maupun dalam hal ketaatan yang seharusnya ditujukan hanya kepadaNya. Orang yang berbuat syirik disebut musyrik

Syirik merupakan dosa besar yang paling berat, sehingga pelakunya tidak akan memperoleh ampunan Allah apabila sebelum meninggal dunia, dia tidak bertobat yang sesungguh-sungguhnya. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ  ۚ  وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرٰىٓ إِثْمًا عَظِيمًا

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar". (QS. An-Nisa', 48)

Kufur

Yaitu mengingkari adanya Allah SWT dan segala ajaran-Nya yang disampaikan oleh Nabi/RasulNya. Orang yang berlaku ingkar disebut kafir. Termasuk kufur adalah mengingkari atau tidak mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Dalam firmanNya disebutkan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  ۖ  وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". (QS. Ibrahim, 7)

Nifaq

Yaitu menampakkan sikap, ucapan, dan perbuatan yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam hatinya, seperti berpura-pura memeluk agama Islam padahal dalam hatinya kufur (mengingkari). Orang yang berperilaku nifaq disebut munafiq

Fasiq

Yaitu melupakan Allah SWT. Orang yang fasiq akan meninggalkan kewajiban agamanya, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak berzakat, bahkan bisa sampai berbuat riddah, yaitu keluar dari agama Islam yang ditunjukkan dengan sikap mental, ucapan, dan perbuatan. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسٰىهُمْ أَنْفُسَهُمْ  ۚ  أُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُونَ

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik". (QS. Al-Hasyr, 19)

2. Dosa Besar Terhadap Diri Sendiri

Dosa besar terhadap diri sendiri adalah perbuatan dosa besar yang objek atau sasarannya adalah diri sendiri, seperti membunuh diri sendiri. 

Membunuh diri sendiri (bunuh diri), dengan cara apa pun merupakan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Haram hukumnya dan termasuk dosa besar. Yang berhak menghidupkan dan mematikan seseorang hanyalah Allah SWT (lihat QS. Al-Hajj, 66). Menurut ilmu psikologi, penyebab seseorang melakukan bunuh diri itu antara lain, karena keputusasaan akibat penyakit yang diderita atau kesulitan hidup yang menghimpit tidak teratasi, karena faktor psikologis atau kegelisahan yang tidak terkendalikan akibat faktor luar, dan karena gagal atau hilangnya suatu harapan. 

Bagaimanapun juga, Allah tetap melarang bunuh diri apa pun alasannya. Hal ini sesuai dengan firmanNya:

وَلَا تَقْتُلُوٓا أَنْفُسَكُمْ  ۚ  إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu". (QS. An-Nisa', 29)

Dari Jundab bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Dahulu kala dari orang-orang sebelum kalian ada seorang laki-laki yang terluka, ia tidak bersabar, lalu ia mengambil sebilah pisau dan menyayat tangannya sehingga darah terus mengalir sampai ia meninggal. Kemudian Allah berfirman: "HambaKu telah mendahului-Ku terhadap jiwanya, maka Aku haramkan surga baginya". (HR. Bukhari dan Muslim). 

3. Dosa Besar dalam Keluarga

Salah satu dosa besar dalam keluarga adalah durhaka kepada kedua orang tua. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang bersumber dari Abu Bakar RA. Rasulullah SAW bersabda:

"Maukah Aku kabarkan kepada kalian dosa yang paling besar?". Kami para sahabat menjawab, "Baiklah ya Rasulullah. Rasulullah SAW melanjutkan, "Menyekutukan Allah (syirik) dan mendurhakai kedua orang tua". (HR. Bukhari dan Muslim). 

Contoh-contoh perbuatan yang termasuk durhaka pada kedua orang tua seperti:
  • Melakukan penganiayaan terhadap fisik kedua orang tua. 
  • Melontarkan caci-maki atau kata-kata yang menyakitkan hati kedua orang tua. 
  • Mengancam kedua orang tua agar memberikan sejumlah uang atau sesuatu yang lain, padahal kedua orang tuanya tidak mampu.
  • Menelantarkan kedua orang tua yang berada dalam kemiskinan, padahal sang anak hidup berkecukupan dan mampu memberikan pertolongan kepada kedua orang tuanya.
  • Anak menjauhi kedua orang tuanya dan tidak mau menjenguk mereka. Salah satu penyebabnya mungkin karena status sosial anak lebih tinggi dari status sosial kedua orang tuanya sehingga anak merendahkan kedua orang tuanya. 

Akibat buruk dari durhaka kepada kedua orang tua itu akan menimpa kedua orang tua dan anaknya yang durhaka. Kedua orang tua akan mengalami berbagai penderitaan, sedangkan anak yang durhaka akan mendapat murka Allah, siksa di dunia dan azab di akhirat. Rasulullah SAW bersabda: "Rida Tuhan berada di dalam rida kedua orang tua, dan kemurkaanNya berada pada kemurkaan kedua orang tua". (HR. Tabrani dan Ibnu Umar). 


4. Dosa Besar dalam Pemenuhan Seksual

Zina

Adalah hubungan kelamin (persetubuhan) antara laki-laki dan wanita di luar pernikahan yang sah, yakni pernikahan yang sesuai dengan ketentuan syara'. Zina adalah perbuatan tidak beradab dan perbuatan keji yang diharamkan Allah. Dalam firmanNya disebutkan:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ  ۖ  إِنَّهُ ۥ  كَانَ فٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra', 32)

Allah mengharamkan zina dan memasukkannya ke dalam dosa besar karena akibat buruknya atau bahaya yang ditimbulkan zina sungguh besar. Menurut hukum Islam, para pelaku zina yang termasuk ghairu muhsan (belum menikah) hukumnya didera (dicambuk) sebanyak 100 kali dan diasingkan selama setahun. Sedangkan pezina muhsan (sudah menikah) maka hukumannya adalah dirajam sampai mati. 

Homoseksual (gay dan lesbian) 

Homoseks adalah pemuasan atau penyaluran nafsu seks antara sesama jenis, sesama pria (gay) dan sesama wanita (lesbian). Homoseksual yang dalam ilmu fiqih disebut al-liwath merupakan perbuatan haram dan dosa besar, karena perbuatan tersebut bertentangan dengan fitrah manusia serta bertentangan pula dengan norma susila dan agama. Rasulullah SAW bersabda:

"Allah mengutuk orang yang melakukan perbuatan kaum Lut (diulang sampai tiga kali)". (HR. Ahmad). 

Menuduh Zina (qadzaf) 

Menurut istilah fiqih, qadzaf adalah menuduh orang lain melakukan zina tanpa adanya saksi-saksi yang dibenarkan oleh syara'.

Qadzaf termasuk ke dalam perbuatan keji yang hukumnya haram dan merupakan dosa besar. Hal ini disebabkan karena menuduh zina akan mendatangkan kerugian dan bencana, baik bagi yang dituduh beserta keluarganya maupun bagi yang menuduh. Adapun dalil naqli tentang qadzaf ini adalah QS. An Nur ayat 4 - 5 dan 19.

Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah tujuh perbuatan yang membinasakan". "Apakah tujuh perbuatan tersebut wahai Rasulullah?". Jawab Nabi SAW, "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh manusia yang diharamkan Allah, memakan hasil riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran, dan menuduh zina kepada para wanita muhsan yang beriman, kendati pelupa". (HR. Bukhari dan Muslim). 

5. Dosa Besar dalam Makanan dan Minuman

Memakan Makanan Haram

Makanan-makanan yang dengan tegas diharamkan syara' (Al Qur'an dan Hadits), maka bagi para pemakannya dianggap melakukan dosa besar sehingga mereka akan diancam dengan siksa. Makanan-makanan yang diharamkan karena zatnya tersebut telah dijelaskan secara rinci dalam Al Qur'an. Allah SWT berfirman yang artinya:

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang". (QS. Al-Ma'idah, 3).

Meminum khamr

Kata khamr berasal dari kata "khamran" yang artinya tertutup, terhalang, atau tersembunyi. Selanjutnya, istilah khamr digunakan sebagai sebutan bagi setiap yang memabukkan dan menutup atau menghalangi akal sehat peminum (pemakai) nya dari mengerjakan perintah-perintah Allah dan RasulNya. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan adalah haram". (HR. Abu Daud).

Mengacu kepada pengertian khamr di atas, maka jelaslah bahwa khamr mencakup segala sesuatu yang memabukkan, baik berupa cairan, maupun zat padat, baik dengan cara diminum, dimakan, dihisap, atau diinjeksikan ke dalam tubuh. Termasuk ke dalam khamr yaitu berbagai jenis minuman beralkohol, ganja, narkotika, morfin, heroin dan lain sebagainya. 

6. Dosa Besar dalam Kehidupan Bermasyarakat

Dosa besar yang mungkin terjadi di masyarakat cukup banyak, antara lain seperti pembunuhan, menganiaya orang, mencuri, merampok, dan lain sebagainya. 

Pembunuhan

Pembunuhan adalah perbuatan yang menyebabkan lenyapnya nyawa seseorang. Membunuh orang dengan sengaja merupakan perbuatan biadab yang hukumnya haram dan termasuk dosa besar, yang perilakunya akan dimurkai dan dikutuk Allah, serta dicampakkan ke dalam neraka jahannam. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ ۥ  جَهَنَّمُ خٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ ۥ  وَأَعَدَّ لَهُ ۥ  عَذَابًا عَظِيمًا

"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa', 93). 

Menganiaya Orang

Tindak pidana terhadap anggota tubuh manusia (menganiaya) ada yang dilakukan dengan sengaja dan adapula yang dilakukan tidak dengan sengaja (tersalah semata). Tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja misalnya seseorang sengaja meninju mata si A sehingga buta, atau sengaja membabat tangan si B dangan pedang sehingga sebagian tangannya terlepas. Sedangkan tindak pidana yang dilakukan karena tersalah semata misalnya seseorang yang sedang berlatih silat dengan menggunakan sebelah pedang, tiba-tiba pedangnya melesat dan melukai si C salah seorang penonton.

Mencuri

Menurut istilah ilmu fiqih, mencuri adalah mengambil harta milik orang lain dari tempat penyimpanannya secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Mengacu kepada pengertian tersebut, maka perbuatan seperti merampas, merampok, korupsi, mengurangi timbangan (takaran) dan memperoleh harta dengan cara menipu tidak termasuk ke dalam definisi mencuri, meskipun hukumnya sama dengan mencuri, yaitu haram.

Islam mengakui adanya hak milik perseorangan dan memberikan perlindungan terhadap hak milik tersebut. Menurut hukum Islam, pelaku pencurian akan dijatuhi hukuman berat yaitu hukum potong tangan apabila pencurian yang dilakukannya telah memenuhi persyaratan tertentu. Allah SWT berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوٓا أَيْدِيَهُمَا جَزَآءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكٰلًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana". (QS. Al-Ma'idah, 38)

Merampok

Merampok, merampas atau menggarong ialah mengambil harta orang lain dengan kekerasan atau ancaman senjata tajam, bahkan kadang-kadang disertai dengan penganiayaan dan pembunuhan. Merampok termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar yang wajib dijauhi oleh setiap individu. 

Jika dalam suatu masyarakat banyak terjadi perampokan, maka warga masyarakat akan mengalami keresahan, tidak akan memperoleh kedamaian ketentraman. Bahkan kemakmuran serta kesejahteraan bersama yang mereka dambakan tidak akan terwujud. Oleh karena itu, tepat sekali penegasan Allah SWT dalam Al Qur'an bahwa para perampok merupakan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, dan tergolong kelompok hirabah, yaitu kelompok yang menyatakan perang terhadap Allah SWT dan RasulNya, karena perampokan yang mereka lakukan merupakan perbuatan melawan hukum Allah SWT dan melawan masyarakat yang dilindungi hukum. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَيَسْعَوْنَ فِى الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوٓا أَوْ يُصَلَّبُوٓا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِّنْ خِلٰفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذٰلِكَ لَهُمْ خِزْىٌ فِى الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِى الْأَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

"Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar". (QS. Al-Ma'idah, 33). 

*sumber: Pendidikan Agama Islam, Drs. H. Syamsuri, Penerbit Erlangga, 2007. 

Senin, 20 Juli 2020

Cara Agar Kita Terhindar dari Melakukan Dosa Besar

Kerasnya hidup kadang kala membuat sebagian orang kehilangan kewarasannya sehingga apa pun dilakukannya demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak jarang orang-orang tersebut kemudian berani menerobos norma-norma agama dan terjerumus dalam perbuatan dosa besar yang sangat dilarang oleh agama.

berdoa agar dihindarkan dari dosa
via shutterstock

Secara umum, dosa-dosa besar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, seperti dosa terhadap Allah SWT  (syirik, kufur), dosa kepada orang tua (durhaka), dosa terhadap diri sendiri (bunuh diri), dosa dalam kehidupan bermasyarakat (mencuri, merampok, membunuh, dll), dan dosa-dosa besar lainnya. 

Bagi seorang Muslim, penting bagi kita untuk membentengi diri agar terhindar dari berbuat dosa-dosa besar tersebut. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan, beberapa di antaranya yaitu:

1. Senantiasa Ingat Kepada Allah

Dengan banyak mengingat Allah (dzikrullah), maka kita akan senantiasa terjaga dari berbuat dosa-dosa besar yang diharamkan oleh Allah SWT. Jika kita terhindar dari melakukan dosa besar, tentu kita akan memperoleh ampunan Allah SWT, dan kelak di alam akhirat akan dimasukkan ke dalam surgaNya. Allah SWT berfirman:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيمًا

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (QS. An-Nisa', 31)

2. Pahami Dampak dari Melakukan Dosa Besar

Setiap umat manusia, khususnya umat Islam hendaknya mesti menyadari bahwa ketika melakukan dosa besar, akibat buruknya terutama akan menimpa pelakunya sendiri. Akibat buruk (kemudharatan) dari perbuatan dosa besar akan menimpa pelakunya sendiri baik saat masih di dunia maupun ketika di akhirat kelak. Sebagai gambarannya anda bisa pahami firman Allah berikut ini:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَئًا  ۚ  وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَئًا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦٓ إِلَّآ أَنْ يَصَّدَّقُوا  ۚ  فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثٰقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلٰىٓ أَهْلِهِۦ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ  ۖ  فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللَّهِ  ۗ  وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَآؤُهُ ۥ  جَهَنَّمُ خٰلِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ ۥ  وَأَعَدَّ لَهُ ۥ  عَذَابًا عَظِيمًا

"Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barang siapa membunuh seorang yang beriman karena tersalah, (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan (hamba sahaya) maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

"Dan barang siapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (QS. An-Nisa', Ayat 92 - 93)

3. Berusaha Menjadi Mukmin Seutuhnya

Orang-orang beriman, di mana pun dan kapan pun dia berada tentu tidak akan melakukan dosa besar. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari bahwa jika melakukannya tentu akan mengalami kegelisahan batin dan ketidaktentraman jiwa. Mereka akan dikejar-kejar rasa bersalah, takut kalau perbuatan dosanya diketahui orang lain. 

Orang-orang beriman akan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah SWT, yang mana salah satu hikmahnya dapat memberikan kedamaian, ketentraman, dan ketenangan jiwa. Rasulullah SAW bersabda:

"Perbuatan baik adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwa dan tidak menentramkan hati, meskipun engkau mendapat fatwa dari orang-orang". (HR. Imam Ahmad) 

Juga sabda Rasulullah yang lain:

"Dosa adalah sesuatu yang berbekas di hatimu dan engkau tidak suka orang lain mengetahuinya". (HR. Imam Ahmad) 

4. Disiplin Mengerjakan Sholat Fardhu

Muslim/Muslimah yang disiplin dalam mengerjakan shalat fardhu, apalagi kalau ditambahkan dengan melaksanakan shalat sunnah, tentu akan mampu mengendalikan dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar. 

Perbuatan keji adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan seperti menipu, mencuri, merampok, dan membunuh. Sedangkan perbuatan mungkar adalah perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah SWT dan RasulNya seperti kufur, syirik, dan nifak. Terkait fungsi shalat dalam menangkal perbuatan-perbuatan dosa tersebut, Allah SWT berfirman:

اتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ ۖ إِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-'Ankabut, 45)

5. Senantiasa Beramal Shaleh

Orang-orang beriman akan berusaha agar senantiasa beramal shaleh dan mengendalikan diri untuk tidak berbuat dosa besar, baik itu lewat perkataan maupun perbuatannya. Selain itu, ia juga mesti meyakini bahwa setiap amal baik dan perbuatan jahat akan dicatat oleh dua malaikat yaitu Raqib dan 'Atid. Allah SWT berfirman:

مَّا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)". (QS. Qaf, 18)

Minggu, 05 Juli 2020

Pengertian Taubat dan Syarat-Syarat Diterimanya

Setiap orang pasti pernah berbuat dosa sehingga untuk menghapusnya ia wajib segera bertaubat dengan sebenar-benarnya. Dengan bertaubat, maka dosa-dosa itu dapat dihapus sehingga ia akan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Bahkan dengan bertaubat sungguh-sungguh (taubat nasuha), ia akan kembali menjadi seperti orang yang tidak berdosa. Rasulullah SAW bersabda:

التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

"Orang yang bertaubat dari dosanya, maka ia seperti orang yang tidak berdosa" (HR. Ibnu Majah). 

ilustrasi taubat
ilustrasi

Bertaubat artinya adalah memohon ampunan Allah dengan benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak akan mengulangi lagi kesalahan serupa. Kata taubat berasal dari bahasa Arab at-taubah (التوبة), dari kata kerja taaba-yatuubu (تاب - يتوب) yang berarti ruju' atau kembali. 

Menurut istilah yang dikemukakan Ulama, kata taubat mencakup 3 pengertian, yaitu:
  • Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah.
  • Membersihkan hati dari segala dosa.
  • Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan seperti yang pernah dilakukan, karena untuk mengagungkan nama Allah SWT dan menjauhkan diri dari kemurkaanNya.

Hukum bertaubat adalah wajib bagi setiap Muslim atau Muslimat yang sudah mukallaf (baligh dan berakal). Allah SWT berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسٰى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰت

"Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga...". (QS. At-Tahrim, 8).

Taubat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat taubat ada empat macam, yaitu:
  1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam). 
  2. Meninggalkan perbuatan maksiat tersebut. 
  3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat tersebut. 
  4. Mengikutinya dengan perbuatan baik, karena perbuatan baik akan menghapus kejahatan. Allah SWT berfirman:

...إِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَات...

"...Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan..."

Namun apabila dosanya juga terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya selain yang empat macam tersebut ditambah dengan dua syarat, yaitu:
  1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau dirugikan. 
  2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaannya. 

Perlu pula diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa seseorang yang membaca istighfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-olok Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda:

المستغفر من الذنب وهو مقيم عليه كالمستهزئ بربه 

"Orang yang memohon ampunan kepada Allah (membaca istighfar), tetapi ia terus menerus berbuat dosa, maka ia dianggap memperolok-olok Tuhannya". (HR. Baihaqi). 

Demikian juga seseorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika sakaratul maut (nyawanya sudah berada di tenggorokan) maka taubatnya tidak akan diterima oleh Allah. Dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الله عزَّ وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَالَم يُغرْغرِ

"Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung akan menerima taubat seorang hamba selama ia belum mengalami sakratul maut (nyawa sudah di tenggorokan)". (HR. At-Tirmizi). 

Senin, 29 Juni 2020

Antara Keadilan, Rahmat, dan Derajat Keutamaan

Allah memang Maha Adil, namun apakah Allah selalu berlaku adil kepada hamba-hambaNya?. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengatur hamba-hambaNya hanya dengan keadilan saja, namun Ia juga melimpahkan rahmat dan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah pernah berbicara kepada Musa: "Allah berfirman: "Siksaku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan rahmatKu meliputi segala sesuatu" (QS. Al A'raf, 156).

memandang alam
via pixabay

Ilmu Allah mencakup segala sesuatu, demikian pula rahmatNya juga meliputi segala sesuatu. Hukuman yang Allah berikan kepada hambaNya dikaitkan dengan kehendakNya, sedangkan rahmatNya bersifat umum dan dijadikannya meliputi segala sesuatu. Apa buktinya?. 

Seandainya Allah mengatur kita di dunia ini hanya dengan keadilanNya saja, maka pastilah semua yang ada di muka bumi ini akan hancur. Sebagaimana firmanNya:

"Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun" (QS. Fathir, 45).

Kita melihat bencana dan musibah terjadi di mana-mana. Banjir dan tanah longsor setiap tahun sering terjadi. Tsunami dan gunung meletus siap mengancam kapan saja. Bahkan kini virus Corona datang dan mewabah hingga merambah ke seluruh penjuru dunia dengan jumlah korban tiada terkira. Semua ini terjadi tidak lepas dari apa yang sudah manusia lakukan di atas bumi ini. Dan semua bencana atau musibah ini juga memang kuasa Allah untuk menimpakannya kepada umat manusia tanpa terkecuali. 

Namun jika kita renungi kembali, bencana atau musibah yang telah Allah timpakan ini, semua ini belumlah sebanding jika Allah ingin mengadili manusia atas apa yang telah mereka perbuat selama hidup di dunia ini. Allah memberi hukuman kepada manusia atas apa yang telah mereka perbuat, namun tidak semuanya. Dan Allah melakukan hal itu pun bukan sebagai balas dendam, melainkan agar mereka sadar dan lekas kembali ke jalan yang benar. Allah berfirman:

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS. Asy-Syura, 30).

FirmanNya yang lain juga menyebutkan:

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rum, 41).

Dari sini dapat dipahami bahwa jika tidak karena pengampunanNya terhadap sebagian besar kezaliman kita kepada diri kita, maka pastilah kita sudah hancur sebab keadilanNya. Namun nyatanya Ia lebih mengedepankan rahmat dan kemurahanNya ketimbang memberlakukan keadilanNya atas kita semua. Begitu pula yang terjadi terkait balasan amal yang akan kita terima kelak saat berada di alam akhirat. Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)". (QS. Al-An'am, 160).

Dari ayat di atas, kita mengerti bahwa Dia menanggapi kejahatan dengan keadilan dan kebaikan dengan kemurahanNya. Bahkan kita mendapatkan bahwa sebagian kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali bahkan lebih, seperti menafkahkan harta di jalan Allah. Firman Allah: 

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah, 261).

Dalam sebagian riwayat juga disebutkan bahwa Allah berfirman: "Kebaikan di sisiKu seharga sepuluh kali kelipatannya sampai tujuh ratus kali bahkan lebih, sedangkan kejahatan di sisiKu seharga satu saja atau Aku akan mengampuni"

Itulah kenapa Allah juga mengajak kepada hambaNya agar kita tidak mencukupkan hanya dengan hukum keadilan saja dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Walaupun kita punya hak untuk mendapatkan itu (hukum keadilan), namun pada kondisi-kondisi tertentu kita juga dianjurkan untuk mengambil jalan melalui hukum kerahmatan agar kita dapat naik ke derajat keutamaan, sebagaimana firmanNya: 

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah". (QS. Asy-Syura, 40). 

Atau firmanNya yang lain:

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar". (QS. An-Nahl, 126).

Menghukum suatu kejahatan dengan semisal itu memang sesuai dengan hukum keadilan. Namun jika kita bisa memaafkan suatu kejahatan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita, terlebih orang tersebut juga telah meminta maaf dengan setulusnya kepada kita, maka hal itu selaras dengan hukum keutamaan sebagaimana dianjurkan bagi orang-orang beriman untuk melakukannya. 

"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia". (QS. Fussilat, 34). 

Kamis, 18 Juni 2020

Dampak Akibat Korupsi Bagi Masyarakat

Hampir semua negara-negara di dunia ini menghadapi masalah serius akibat dari korupsi. Meski sudah puluhan tahun kemajuan dalam penegakan hukum dan antikorupsi diberlakukan, hasil saat ini mengindikasikan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk memberantas korupsi yang masih merajalela. Dilihat dari sudut pandang apapun juga (baik agama maupun hukum negara), korupsi adalah tindakan salah karena merugikan negara dan membuat sengsara rakyat. 

korupsi
ilustrasi via pixabay

Menurut UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, ada tiga puluh jenis tindakan yang bisa dikategorikan sebagai tindak korupsi. Namun secara ringkas, tindakan-tindakan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  • Kerugian keuntungan negara
  • Suap-menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin) 
  • Penggelapan dalam jabatan
  • Pemerasan
  • Perbuatan curang
  • Benturan kepentingan dalam pengadaan
  • Gratifikasi (istilah lain: pemberian hadiah) 

Persoalan korupsi memang cukup sulit untuk diberantas. Jangankan pegawai negeri yang punya jabatan, kita saja kalau sudah berurusan dengan uang juga selalu menghadapi godaan untuk menilep. Dalam skala luas, berikut ini beberapa dampak akibat korupsi beserta contohnya:

1. Penegakan Hukum dan Layanan Masyarakat Menjadi Amburadul

Terjaminnya penegakan hukum dan layanan masyarakat yang oke masih menjadi PR bagi para pemangku jabatan di negeri ini. Tidak perlu jauh-jauh, persoalan lalu lintas bisa menjadi contoh yang pas untuk ini. Dari mengurus SIM sampai sidang kasus tilang, banyak dijumpai prosedur yang berjalan tidak sebagaimana mestinya. Ujung-ujungnya, duit dan kekuasaanlah yang bicara. Kalau tidak punya dua hal itu, jangan harap kita bisa mendapat layanan masyarakat yang oke atau keadilan di mata hukum. 

2. Pembangunan Fisik Terbengkalai

Sering bingung kenapa banyak jalanan rusak atau gedung sekolah reyot?. Ya, tidak jarang lagi-lagi semua itu karena korupsi. Mulai dari mengorbankan kualitas bahan bangunan supaya uang bisa ditilep sampai membuat proyek yang sebetulnya tidak perlu, itu sudah biasa dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Intinya, masih sedikit sekali pembangunan fisik di negara kita yang dijalankan dengan tujuan menghasilkan sesuatu yang kuat dan berguna bagi kemaslahatan masyarakat. 

3. Prestasi Menjadi Tidak Berarti

Seharusnya, orang bisa menduduki jabatan tertentu karena dia memang berprestasi dan kompeten di bidangnya. Tapi faktanya, seringkali kenyataan bicara lain, siapa saja bisa menduduki posisi apa saja dan dimana saja sesuai dengan keinginannya. Syaratnya?, Ya itu tadi, punya uang atau kekuasaan. Maka hasilnya, banyak sekali posisi penting dalam pemerintahan yang diduduki oleh orang-orang tidak becus. Lagi-lagi, kita rakyat kecil lah yang akan kena getahnya. 

4. Demokrasi Menjadi Tidak Jalan

Pemilihan wakil daerah bisa menjadi contoh yang menarik untuk fenomena ini. Habisnya, sudah repot-repot dipilih, sebagian dari para wakil rakyat terpilih tersebut tetap saja lebih mengutamakan kepentingan mereka yang punya duit ketimbang mereka yang memilih. Hasilnya, janji-janji kepada rakyat kecil pun hanya tinggal kenangan karena dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu. Melihat situasi seperti ini, maka tidak heran kalau rakyat bisa menjadi tidak percaya lagi kepada demokrasi.

5. Ekonomi Menjadi Hancur

Ada dua kata kuncinya: tidak efisien. Mau membuat pabrik mesti menyogok sana-sini, mau membuka usaha dengan modal kecil kalah sama perusahaan-perusahaan bermodal besar yang dekat dengan para pemegang kekuasaan. Miris memang melihat persaingan ekonomi di negeri ini. Tidak heran kalau orang asing pun juga mulai malas untuk berinventasi di Indonesia. Buntut-buntutnya, rakyat kecil juga yang sengsara. Mencari kerja menjadi susah, bertahan hidup apa lagi. 

Meskipun begitu, Pemerintah sebenarnya telah menunjukkan komitmennya dalam berupaya melakukan pemberantasan korupsi di berbagai sektor. Berbagai bentuk ketetapan dan peraturan perundang-undangan juga telah diwujudkan sebagai upaya untuk dapat memberantas praktek korupsi sampai ke akar-akarnya. 

Sebagai warga negara yang baik, kita juga diharapkan untuk ikut berperan serta dan berpartisipasi bersama-sama dalam memberantas korupsi. Harapannya, tentu saja agar praktek korupsi dapat dicegah sehingga angka korupsi dapat berkurang dan bahkan hilang dari bumi pertiwi ini. Semoga. Baca juga: Perangi Korupsi Sejak Dini Mulai dari Kehidupan Sehari-hari


(Sumber referensi berasal dari buku "Pahami dulu baru lawan!, Youth against Corruption", KPK

Minggu, 14 Juni 2020

Tentang Kiblat dan Anjuran Berlomba-lomba dalam Kebaikan (Al Baqarah 148)

Masing-masing agama atau kepercayaan tentu mempunyai arah, hadapan, atau patokan bagi umatnya dalam menjalankan ibadah kepada Tuhannya. Bagi umat Islam, arah atau patokan untuk beribadah tersebut biasa disebut dengan istilah kiblat (qiblat). Dalam firmanNya, Allah SWT menyebutkan:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا  ۖ  فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِ  ۚ  أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا  ۚ  إِنَّ اللَّهَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah, 148)

Jika dilihat secara lahirnya, pada ayat di atas memang tidak secara langsung menyebutkan kata qiblat, melainkan kata وجهة . Namun jika melihat konteks ayat sebelum dan sesudahnya, kita akan mengetahui mengapa kebanyakan mufassir memaknai kata tersebut dengan kiblat.

Tentang Kiblat

Menurut pengertiannya, kata kiblat berarti arah, yaitu arah yang dituju umat Islam dalam sebagian konteks ibadah, termasuk dalam salat. Selain untuk shalat, kiblat juga merupakan arah berihram dalam haji, arah wajah hewan saat disembelih, arah jenazah Muslim saat dimakamkan, arah yang dianjurkan untuk berdoa, serta arah yang mesti dihindari saat buang hajat. 

Bagi umat Islam, arah kiblat ini menuju kepada bangunan Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, yaitu bangunan suci yang dahulu dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Namun tahukah anda bahwa sebelum diperintahkan menghadap Ka'bah ketika shalat, kaum Muslimin pada zaman Rasulullah juga pernah berkiblat ke arah Baitul Makdis di Palestina saat melaksanakan shalat.

kiblat
Baitul Maqdis dan Ka'bah

Menurut sejarah, Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada mulanya pernah diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkiblat ke arah Baitul Maqdis (Rumah Suci) di Yerussalem, Palestina. Namun saat turun firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 144, umat Islam kemudian diperintahkan untuk mengubah arah kiblatnya menuju Ka'bah di Makkah.

Saat itu, Rasulullah SAW dan kaum Muslimin sedang melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di masjid Bani Salamah dan baru saja menyelesaikan rakaat kedua. Sesaat setelah perintah Allah tersebut turun,  Rasulullah dan para jamaahnya pun kemudian mengubah arah kiblat mereka dari arah Baitul Makdis menuju ke arah Ka'bah di Makkah. Dari peristiwa bersejarah ini, hingga sekarang Masjid Bani Salamah akhirnya juga dikenal dengan nama Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat).

Pada mulanya, perubahan arah kiblat ini sempat menyebabkan timbulnya rasa keberatan dari kalangan ahli kitab dan sebagian kaum Muslimin. Namun dalam surah Al Baqarah ayat 177, Allah kemudian memberikan penjelasan dengan cara bijaksana bahwa tujuan pengalihan kiblat itu tiada lain agar orang-orang beriman menaati segala apa yang diperintahkan Allah, termasuk menaati penentuan arah kiblat dalam shalat yakni menghadap Ka'bah di Makkah. Ulama Fiqih juga sepakat bahwa berkiblat ke arah Ka'bah di Makkah merupakan kewajiban sewaktu shalat, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu seperti dalam perjalanan, sakit, atau keadaan bahaya.

Anjuran Berlomba-lomba dalam Kebaikan

berangkat ke masjid
via islampos.com

Maksud "fastabiq" (dari kata sibaq) pada surah Al Baqarah ayat 148 ini yaitu anjuran bagi manusia untuk berlomba-lomba menjadi yang terdepan atau pelopor dalam berbuat kebajikan. Sedangkan makna kata "al khairat" adalah mencakup seluruh amalan, baik yang wajib maupun sunnah, mulai dari shalat, puasa, zakat, shadaqah, dan amalan-amalan lainnya. Hal ini juga memberikan pengertian bahwa sebagai umat Islam kita juga mesti memanfaatkan waktu seoptimal mungkin dengan saling berlomba-lomba dalam beribadah kepada Allah. 

Selain itu, ungkapan ini sebetulnya juga bisa dimaknai sebagai anjuran bagi umat manusia untuk saling berlomba-lomba dalam hal yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia secara umum, baik secara lahiriah maupun batiniah. Hal-hal itu dapat diwujudkan misalnya dalam menjaga dan menciptakan kebersihan, keindahan, ketentraman, keamanan, ketertiban, serta berlomba-lomba dalam peningkatan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Setiap umat Islam memang hendaknya menggunakan akal dan segenap kemampuannya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, baik dari segi ibadah maupun kebajikan-kebajikan lainnya. Hal ini penting agar kemaslahatan hidup bersama dapat tercapai dan pastinya sebagai bekal amal untuk menuju kehidupan berikutnya di akhirat nanti. Dan seperti tertuang pada bagian akhir surah Al Baqarah ayat 148 ini, pada hari Kiamat nanti kita semua akan dikumpulkan dan diadili dengan seadil-adilnya tentang perbuatan yang kita lakukan ketika di dunia. Pada saat itu pula akan diketahui dengan jelas siapa di antara kita yang paling baik amalnya. Wallahu A'lam. 

Senin, 11 Mei 2020

Al Qur'an dan Ilmu Pengetahuan (Sains)

Salah satu peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan adalah peristiwa turunnya Al Qur'an, atau yang biasa diperingati sebagai hari Nuzulul Qur'an (secara harfiah berarti turunnya Al-Qur'an). Di Indonesia, moment peristiwa ini secara khusus biasa diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan, dimana setelah ibadah shalat tarawih biasanya diisi dengan khataman Al Qur'an dan acara ceramah atau pengajian bertemakan Nuzulul Qur'an. 

membaca Al Qur'an

Al Qur'an merupakan kitab suci utama dalam agama Islam, sehingga setiap Muslim mesti menjadikannya sebagai pedoman hidup agar dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya, berbahagialah ia yang telah mengamalkan ajaran Al Qur'an, karena berarti ia telah menyucikan jiwanya, dan merugilah ia yang sikap perilakunya menyimpang dari ajaran Al Qur'an, karena berarti ia telah mengotori jiwanya dengan noda dan dosa. 

Kedudukan Al Qur'an atas Kitab-Kitab Allah Lainnya

Dalam ajaran Islam, beriman kepada kitab-kitab Allah adalah termasuk rukun iman. Oleh karena itu, hukum beriman kepada kitab-kitab Allah adalah fardhu 'ain. Perlu diketahui bahwa sebelum turunnya wahyu Al Qur' an kepada Nabi Muhammad SAW, Allah juga telah menurunkan kitab-kitab lainnya kepada para Nabi sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an. Kitab-kitab tersebut adalah:
  • Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa As (lihat QS. Al Maidah, 44)
  • Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As (lihat QS. Al Isra, 55)
  • Injil, diturunkan kepada Nabi Isa As (lihat QS. Al Maidah, 46)
  • Shahifah-shahifah atau lembaran-lembaran firman Allah kepada Nabi Ibrahim As dan Nabi Musa As (lihat QS. An Najm, 36-37)
Terhadap Kitab-kitab Allah dan shahifah-shahifah sebelum Al Qur'an turun, setiap Muslim harus beriman secara ijmali, artinya harus percaya saja. Kita mengakui dan menghormati kedudukan kitab-kitab tersebut yang dijadikan pedoman hidup oleh umat-umat terdahulu sebelum turunnya Al Qur'an. Sedangkan mengetahui dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab-kitab tersebut bukan merupakan suatu kewajiban. Hal ini disebabkan karena kedudukan Kitab-kitab Allah dan shahifah-shahifah tersebut sebagai pedoman hidup umat manusia telah berakhir setelah wahyu Al Qur'an turun. 

Al Qur'an adalah Kitab Allah terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW (lihat QS. Ali Imran, 2-4). Seluruh umat manusia yang hidup sejak Al Qur'an turun sampai akhir zaman wajib menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidupnya. Sikap dan perilaku seorang Muslim terhadap Al Qur'an adalah wajib beriman secara tafshili, artinya harus meyakini akan kebenarannya, mengetahui isi ajarannya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Seseorang yang menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup tentu akan membuktikan imannya dengan sikap dan perilaku sebagaimana ajaran dalam Al Qur'an. Selain itu, Al Qur'an juga akan menjadi obat mujarab bagi penyakit mental umat manusia apabila mereka meyakini kebenaran Al Qur'an dan mengamalkan seluruh ajarannya.

Al Qur'an dan Ilmu Pengetahuan

kandungan Al Qur'an

Al Qur'an merupakan mukjizat terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti akan kerasulannya, dan wujudnya ada sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman. 

Salah satu di antara kemukjizatan Al Qur'an sebagai kalam Allah adalah struktur bahasa/kesusastraannya yang sangat indah, sehingga para ahli syair dan para sastrawan dari masa Nabi Muhammad SAW masih hidup sampai sekarang ini tidak ada yang mampu menandinginya. Selain itu, isi dalam Al Qur'an juga terkandung isyarat ilmiah yang mendorong umat manusia untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkannya ke arah yang lebih maju. 

Al Qur'an bukanlah buku ilmu pengetahuan dan teknologi, namun di dalamnya terkandung ayat-ayat yang membicarakan tentang iptek. Hal ini dimaksudkan agar umat manusia senantiasa mengadakan pengkajian, penelitian, dan pengamatan tentang iptek untuk kesejahteraan umat manusia. Allah SWT berfirman, "Katakanlah: perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi..." (QS. Yunus, 101). 

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, "Barangsiapa menghendaki ilmu pengetahuan, hendaknya ia memperhatikan Al Qur'an, karena sesungguhnya di dalam Al Qur'an itu dimuat kabar-kabar ilmu orang-orang dahulu dan yang akhir" (HR. Ibnu Mas'ud).

Ayat Al Qur'an dan hadits tersebut merupakan tantangan bagi umat manusia untuk mempelajari, mengembangkan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang langit, bumi, dan segala isinya melalui petunjuk-petunjuk Al Qur'an. Di dalam Al Qur'an terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan iptek, di antaranya yaitu:
  1. Ayat yang berhubungan dengan ilmu hewan. Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya pad binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu." (QS. An Nahl, 66). Atau firman Allah dalam ayat lainnya, "Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di antara perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu" (QS. An Nur, 45). 
  2. Ayat yang berhubungan dengan proses kejadian manusia secara biologis. Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minun, 12-14). 
  3. Ayat yang berhubungan dengan ilmu jiwa (psikologi). Allah SWT berfirman, ".. Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya". (QS. Asy Syams, 7-10).
  4. Ayat yang berhubungan dengan astronomi, dimana berisi tantangan Allah terhadap umat manusia untuk menjelajahi segala penjuru langit dan bumi. Allah SWT berfirman, "Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan." (QS. Ar Rahman, 3). 
  5. Ayat yang berhubungan dengan penciptaan alam semesta dalam enam masa. Allah SWT berfirman, "Dan Dialah yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, dan 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya..." ( QS. Hud, 7). Ternyata penegasan Al Qur' an ini sesuai dengan penjelasan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. 
  6. Dan masih banyak lagi yang lainnya. 
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa Al Qur'an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Ajaran-ajarannya sangat lengkap dan sempurna sesuai dengan situasi serta kondisi, serta berlaku sepanjang zaman. Jika ajaran-ajaran Al Qur'an itu kita amalkan, maka kita akan memperoleh ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama di dalam hidup. Wallahu A'lam.